Saat hilang, Kapal Selam kRI Nanggala-402 membawa 53 orang yang terdiri dari 49 ABK, seorang komandan satuan, dan tiga personel senjata.
Komandan KRI Nanggala adalah Letkol Laut (P) Heri Octavian yang sudah setahun memimpin kapal selam tersebut.
Dikutip dari Kompas.id, Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Marsekal Pertama Yulius Widjojono mengatakan KRI Nanggala meminta izin menyelam pada pukul 03.00 waktu setmpat. Sesuai prosedur, izin telah diberikan dan tak lama kemudian kapal selam tersebut hilang kontak.
Baca Juga: Masuk dalam Forbes 30 Under 30 Asia, Maudy Ayunda: Perjalanan Belum Berakhir!
3. Ditemukan tumpahan minyak
Biro Humas Kemhan dalam rilisnya menyebut saat pencarian melalui pengamatan udara, mereka menemukan adanya tumpahan minyak di sekitar posisi awal kapal tersebut menyelam.
"Pada pukul 07.00 WIB melalui pengamatan udara dengan helikopter, ditemukan tumpahan minyak di sekitar posisi awal menyelam," demikian keterangan tertulis Biro Humas Kemhan, Rabu (21/4/2021) malam.
Titik koordinat hilangnya KRI Nanggala-402 terdeteksi di sekitar 60 mil atau 95 kilometer dari utara Bali. Dalam latihan tersebut, kapal selam buatan Jerman tahun 1979 itu membawa 53 awak dengan rincian 49 ABK, 1 komandan kapal, dan 3 orang arsenal.
4. Pencarian dibantu Australia dan Singapura
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan Indonesia telah meminta bantuan Singapura dan Australia yang memiliki kapal penyelamat kapal selam untuk mencari Kapal Selam Nanggala-402.
TNI AL juga telah mengirimkan distres International Submarine Escape and Rescue Liaison Officer (ISMERLO) ke sejumlah negara sahabat. Hingga Rabu malam upaya pencarian masih dilakukan dengan mengirimkan KRI Rigel dari Dishidros Jakarta dan KRI Rengat dari Satuan Ranjau untuk membantu pencarian dengan menggunakan side scan sonar.
Dikutip dari Kompas.id, TNI juga mengerahkan kapal survei hidrooseanografi KRI Spica milik TNI AL. Melalui komunikasi telepon, Panglima TNI menjelaskan, kapal survei tersebut memiliki kemampuan untuk misi pencarian bawah air.