"Nah di masyarakat seperti ini, itu prinsip tentang artikulasi, prinsip tentang identity itu menguat," kata Drajat saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/12/2020).
"Prinsip-prinsip itu mendorong untuk hidup itu lebih menghargai semua orang. Bahwa semua orang itu punya makna," sambungnya.
Baca Juga: Sering Terjadi Balap Liar di Duren Sawit, Polisi Bakal Bangun Polisi Tidur
Merefleksikan kebosanan
Sementara itu, berkaitan dengan adanya foto-foto yang ditempel di surat suara tadi, Drajat menilai hal itu sebagai refleksi atas kebosanan.
Walau begitu, katanya, tetap saja hal tersebut menjadikan surat suara menjadi nggak sah.
"Tetapi yang paling penting adalah bahwa foto-foto itu merefleksikan atau mengartikulasikan sebuah sikap atas kebosanan terhadap demokrasi prosedural ini," ucap dia.Menurut Drajat, demokrasi yang pada dasarnya ada menyeragamkan semacam ini, bertentangan dengan otonomi-otonomi individu tadi.
"Nah ini ada kebosanan terhadap penyeragaman demokrasi semacam ini. Kemudian mereka membuat keunikan-keunikan agar tidak menjadi birokratis tetapi menjadi lebih longgar dan menarik," tambah Drajat. (*)Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menilik Fenomena Pemilih di Pilkada yang Pasang Pasfoto dan Artis Korea..."