HAI-Online.com - Blok M Mall telah mati. Kejayaannya pada era 1990-an sampai 2000-an telah sirna. Blok M Mall tak lagi menjadi pilihan anak muda.
Kahar (62), Rabu (4/11/2020) sore, hanya berdiri di depan tokonya. Pandangannya terlihat kosong.
Sesekali, ia berkata kepada satu dua orang yang lewat, "Silakan lihat-lihat dulu."
Tokonya menjual kaus-kaus band aliran metal kenamaan dan celana jin. Sebut saja kaus Burgerkill edisi Adamantine European Tour 2018 yang terpajang di bagian depan tokonya.
Kaus-kaus berjubel di tokonya, sedangkan di lorong mal hanya beberapa orang yang lewat tanpa memalingkan wajah ke arah tokonya.
"Hari ini baru laris satu. Blok M Mall itu sudah mati. Sebelum Covid-19, itu sudah mati. Paling orang-orang lewat Blok M Mall itu cuma transit. Udah nggak ada lagi yang beli,” ujar Kahar, penjual di Blok M Mall sejak 1992 saat ditemui, Rabu.
Blok M Mall dikenang sebagai pusat perbelanjaan era 1990 sampai 2000-an.
Pemuda-pemudi dan keluarga dari berbagai kelas berbondong-bondong datang ke Blok M Mall.
Saking hidupnya, Blok M Mall selalu penuh sesak.
"Nggak nyangka Blok M Mall seperti ini mati. Dulu jalan aja susah, macet. Kalau dulu itu pengunjung seperti mau naik haji. Mau kencing aja susah jalan ke toilet. Bisa 15 menit sendiri," kata Kahar.
Suasana kejayaan Blok M Mall dalam ingatan Kahar adalah pusat keramaian di Jakarta.
Blok M Mall menjual baju, kaus, celana panjang, ikat pinggang, sepatu, hingga makanan tradisional maupun cepat saji.
Restoran kenamaan seperti McDonalds, KFC, dan Dunkin Donats pernah mewarnai kehidupan pengunjung Blok M Mall.
Department store kenamaan seperti Robinson dan Ramayana juga pernah hadir di Blok M Mall.
Pada 2017, Ramayana hengkang dari Blok M Mall lantaran tak produktif lagi.
Blok M Mall adalah mal yang terletak di bawah Terminal Bus Blok M dan berada dekat dengan taman kota, yaitu Taman Martha Tiahahu.
Baca Juga: Gorillaz Bertualang di Los Santos 'GTA San Andreas' dalam Video Klip 'The Valley Of Pagans'
Pedagang-pedagang berjualan di lorong sepanjang sekitar lebih dari 500 meter tersebut. Ada juga pelataran dekat tangga jalur terminal. Di sana, ada pusat kuliner.
Blok M Mall diresmikan pada 3 Oktober 1992 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Wiyogo Atmodarminto.
Pembangunan Blok M Mall sendiri bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat itu.
Dikutip dari harian Kompas, Manajer Proyek Blok M Mall Mardjoko Sulistyono mengatakan, terminal dan Mal Blok M dibangun dengan biaya sekitar Rp 70 miliar.
Blok M Mall awalnya menyediakan ratusan kios. Blok M Mall saat itu diprediksi menjadi suatu one stop shopping karena semua kebutuhan tersedia.
Tongkrongan anak muda yang tak menarik lagi Dahulu Blok M Mall diharapkan bisa menjadi pusat perbelanjaan anak muda.
Sekitar 15 tahun awal, Blok M Mall memang menjadi tujuan anak muda. "Anak muda ke Blok M Mall itu nongkrong-nongkrong saja.
Nyarinya dulu belanja baju dan sepatu. Blok M Mall itu dikenal murah-murah," tambah Kahar.
Orang-orang dulu punya kebanggaan saat pergi ke Blok M Mall. Label keren dan gaul sudah melekat di kening jika sudah ke Blok M Mall.
Buat anak Jakarta, rasanya belum sah jadi anak Jakarta kalau belum ke Blok M Mall saat itu.
Anak-anak muda era 2000-an misalnya suka ngeceng ke Blok M Mall, entah itu hanya jajan di kawasan kaki lima di sekitar Blok M Mall atau belanja kaset.
Biasanya juga, anak-anak muda datang dari arah Taman Martha Tiahahu setelah bersantai di taman.
Ada juga yang sengaja langsung turun dari Terminal Blok M menuju Blok M Mall yang terkoneksi langsung dengan tangga.
Ada juga anak-anak muda yang sekadar nongkrong di Galeri Telkom dekat tangga jalur. Mereka sekadar menelepon teman atau pacar dengan telepon koin.
"Dulu anak-anak muda dari mana saja ke Blok M Mall. Ada dari Ciputat, Parung, Tangerang, pasti ke sini. Kan aksesnya mudah, bus dari mana saja pasti ada yang ke Blok M," kata Kahar.
Pada era 1990 sampai 2000-an, jalur-jalur terminal di Blok M juga dipenuhi anak sekolah.
Jalur 5 dan 6 kerap menjadi tempat nongkrong kelompok STM Penerbangan dan SMK Poernama.
Kini, Blok M Mall kosong melompong. Banyak kios yang tutup, apalagi saat ini dihantam pandemi Covid-19.
Pedagang-pedagang disebut tak sanggup membayar sewa kontrak. "Yang sisa jualan sini paling yang punya hak pakai misalnya 30 tahun," ujarnya.
Salsabilla (23), seorang mahasiswa swasta di Jakarta, mengatakan, kawasan Blok M Mall tak menarik bagi anak muda saat ini.
Salsa sendiri sudah lima tahun tak berbelanja di Blok M Mall.
"Dulu sih Blok M Mall setahu saya sih dulu ramai dan megah ya. Ada lorong panjang. Banyak toko-toko baju. Dulu sih belanja ke Blok M sama orangtua pas SD," kata Salsa saat ditemui Rabu sore.
Salsa lebih memilih belanja di dekat rumah dan tak sesuai dengan tren serta preferensi mode.
Blok M Mall dianggap tak menarik karena hanya jejeran toko biasa dan dekorasi lainnya.
Blok M Mall memang berdenyut pada era 1990 sampai 2000-an. Pengunjung fokus memilih barang-barang di Blok M Mall.
Kini, Blok M Mall seperti kuburan, menurut Kahar. Meskipun demikian, Kahar bangga dengan eksistensi Blok M Mall.
"Tapi, Blok M Mall cukup hebatlah. Biasa lebih dari 25 tahun itu hebat. Biasanya mall tujuh tahun sudah mati," ujarnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Blok M Mall Telah Mati, Dulu Tongkrongan Anak Muda, Kini seperti Kuburan"