Saat ini, nggak ada cara mudah untuk mendeteksi urin secara langsung di kolam renang.
Kecuali, jika melihat aliran air warna kuning yang keluar dari baju renang seseorang di dekat kita.
Untuk meminimalisasi bahaya penyakit yang mengancam para pengguna kolam renang, pemimpin studi, Lindsay Blackstock dari University of Alberta, menekankan pentingnya meningkatkan pendidikan masyarakat mengenai praktik kebersihan renang yang tepat.
“Kami sangat menyarankan para pengguna kolam renang harus membilas tubuhnya terlebih dahulu untuk membersihkan produk-produk perawatan pribadi sebelum memasuki kolam renang," ucapnya.
Nggak cuma itu, Lindsay juga mengatakan pentingnya pendidikan para pengguna kolam renang untuk buang air di toilet, bukan di dalam kolam renang.
Sedangkan menurut laman Intisari, kolam renang yang mengandung klorin dan bercampur dengan kandungan di dalam urin akan berubah menjaditrichloramine (NCl3).
Zat trichloramine ini mudah berubah dari bentuk cair menuju gas, jadi udara di sekitar kolam renang sebenarnya terpolusi banget sama zat beracun ini.
Orang yang berenang selalu terpapar oleh trichloramine dan berpotensi besar mengalami masalah pernapasan.
Selain trichloramine, percampuran klorin dan urin juga akan menghasilkan cyanogen chloride (CNCI).
CNCI merupakan senyawa beracun yang dapat membahayakan organ-organ seperti paru-paru, jantung, dan sistem saraf pusat.
“Masih banyak pemahaman keliru di kalangan pencinta renang bahwa berkemih di kolam renang bisa diterima karena nggak berbahaya,” ujar Ernest R. Blatchley dari Purdue University, Indiana, Amerika Serikat.
“Padahal, sudah banyak peringatan di tempat di sekitar kolam untuk menjaga kebersihan kolam,” tambah profesor yang penelitiannya tentang bahaya berkemih di kolam renang pernah dipublikasikan di jurnal Enviromental Science & Technology itu.