Follow Us

Hari Ini Ulang Tahunnya, Kisah Hana Kimura, Pegulat Muda Keturunan Indonesia yang Kematiannya Membuat Jepang Bikin Kebijakan Keras Soal Cyberbullying

Alvin Bahar - Kamis, 03 September 2020 | 13:00
Pemakaman Hana Kimura
@rossystardom

Pemakaman Hana Kimura

HAI-ONLINE.COM - 3 September harusnya menjadi hari spesial buat para fans pegulat Jepang keturunan Indonesia, Hana Kimura.

Tanggal tersebut adalah hari ulang tahun Hana.

Namun, tahun ini berbeda. Sebab Hana Kimura, bunuh diri pada 23 Mei lalu, saat usianya 22 tahun.

Hana Kimura dikonfirmasi meninggal karena bunuh diri, diduga kuat menggunakan gas beracun.Salah satu faktor yang menyebabkan dirinya bunuh diri adalah cyberbullying yang ia terima setiap hari di media sosial.

Jasadnya ditemukan pertama kali oleh sang ibu, Kyoko Kimura, sekitar pukul 4 pagi.

Dirinya bukan cuma karena cyberbully karena aksinya di reality show Terrace House.Cyberbullying yang menyerang Hana bisa dibilang lebih jauh dari itu.

Salah satu faktornya, karena darah Indonesia di tubuhnya.Jepang, dikenal sebagai negara ramah, sopan, dan segala keindahannya.Namun di baliknya, mungkin nggak ada yang menyangka kalo ada rasisme terhadap warga keturunan di Negeri Sakura.

Orang Jepang menyebut anak-anak hasil pernikahan antar ras sebagai ‘Hafu’.Kata ini diambil dari cara orang Jepang melafalkan kata “half” dalam Bahasa Inggris. Meski fasih berbahasa Jepang atau seumur hidupnya tinggal di Jepang, nggak semua hafu dianggap warga Jepang.Hal tersebut bisa lo tonton di dokumenter berjudul Hafu: The mixed-race experience in Japan.Dalam film tersebut, sejumlah narasumber menceritakan keluh kesahnya sebagai hafu di Jepang.

"Banyak orang Jepang yang percaya dengan kemurnian budaya dan tradisi Jepang," ucap Jeff Kingston, director of Asian studies di Temple University, Jepang."Mereka menganggap ada ras Yamato, menganggap semua orang Jepang dari darah yang DNA yang sama. Kalo periset budaya Jepang, pastinya tau itu cuma mitos," lanjutnya.Warga Jepang keturunan Korea dan Afrika biasanya yang paling sering dapat perlakuan rasisme.Kalo keturunan kulit putih, biasanya lebih beruntung.

Orang Jepang keturunan negara Eropa dan Amerika dianggap lebih rupawan sehingga cocok bekerja di depan layar. Stigma lain yang melekat adalah mereka berasal dari keluarga kaya. Kazuo Mori, psikolog di Matsumoto University, berkata hal tersebut adalah bias dari media Jepang yang sering menggambarkan orang berkulit putih sebagai "contoh bagus".

Kasus Miss Japan yang nggak diterima di negaranya sendiriMiss Japan 2015, Ariana Miyamoto tampak cantik dengan fitur wajah yang proporsional. Mata besar, hidung yang mancung, dan senyum memesona. Nggak heran, Miyamoto ditunjuk sebagai Miss Japan karena memiliki tata krama kepribadian yang apik serta kecerdasan di atas rata-rata dibanding kontestan wanita lainnya. Sayangnya, Miyamoto justru tak diakui oleh bangsanya sendiri. "Saya tinggal di Jepang sepanjang hidup, tetapi jika saya berkata bahwa saya adalah orang Jepang, publik akan mengatakan, 'Tidak, kamu tidak akan bisa menjadi orang Jepang'. Mereka tak mengakuinya," ujar Miyamoto. Miyamoto memang bukan keturunan Jepang asli. Ayah Miyamoto adalah seorang keturunan Afrika Amerika, sedangkan ibu Miyamoto memang keturunan Jepang asli. Karena percampuran darah tersebut, sepanjang hidupnya, Miyamoto mendapat sebutan "hafu". "Memang terdengar aneh, tetapi bagi kami anak-anak berdarah campuran dengan sebutan hafu menjadi sebuah identitas bagi yang terlahir seperti saya," kata Miyamoto. Saat Miyamoto mendapat gelar ratu kecantikan atau Miss Japan, faktanya, sebutan hafu terus menempel padanya. Mirisnya, Miyamoto bahkan sempat mendapat perlakuan tidak menyenangkan di media sosial. Media di Jepang kebanyakan juga tak menganggap Miyamoto. Salah seorang pengguna Twitter menulis, "Sangat tak nyaman menyebutkan kalau ia (Miyamoto) mewakili Jepang." Ada juga yang menulis kata-kata menyudutkan, seperti "Apakah tak masalah jika memilih hafu sebagai Miss Japan?"

Kasus Bunuh Diri Hana Kimura Bikin Pemerintah Jepang Membuat Kebijakan Keras Soal Cyberbullying

Hana Kimura
terasjabar.id

Hana Kimura

Meninggalnya Hana Kimura akibat bunuh diri membuat banyak pihak mengutuk cyberbullying yang menjadi penyebab kuat sang pegulat mengakhiri hidupnya.Pemerintah Jepang pun mengambil tindakan tegas terkait cyberbullying.Dikutip dari laman Kyodonews, Menteri Komunikasi Jepang, Sanae Takaichi, bersimpati terkait korban bullying dan menganggap ini sebagai isu yang serius."Penting untuk menyiapkan kebijakan terkait pelanggaran online seperti cyberbullying, itu akan menyelamatkan banyak korban dari kejadian yang sama, “ buka Sanae."Kita akan perbaharui peraturan yang nantinya akan memungkinkan menyikat semua akun palsu, minta pertanggungjawaban mereka, terutama apabila ada kasus seperti yang dialami Hana Kimura," lanjut Sanae Takaichi.

Baca Juga: Cyberbully Penonton Terrace House Dianggap Menjadi Salah Satu Penyebab Hana Kimura Bunuh DiriMenteri Takaichi juga mengecam keras unggahan berisi fitnah di medsos, twitter yang dibaca Hana.Selain itu, ia ingin mempercepat proses pengungkapan informasi tentang pengirim, termasuk revisi sistem.

Bulan April, Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi mengadakan pertemuan ahli untuk memulai diskusi tentang memfasilitasi pengungkapan informasi oleh pengirim, sehingga pembuat akun palsu dapat ditelusuri dengan cepat dan dilakukan penuntutan."Segala cara memfitnah orang lain secara pengecut dan tidak dapat dimaafkan sebagai pribadi dengan akun palsu. Kita harus segera meningkatkan moral informasi pengguna," kata politikus dari parti konservatif ini.Undang-undang Pembatasan Kewajiban Penyedia menetapkan penghapusan informasi pelanggaran di internet dan prosedur pengungkapan informasi dari pengirim anonim."Untuk mencegah fitnah di internet dan untuk menangani kerusakan dengan benar, pengirim perlu mengoperasikan prosedur pengungkapan informasi dengan benar," ujarnya.Jepang kini tengah menggodok kebijakan buat menindak cyberbullying.Sementara Terrace House musim 2019/2020 resmi dibatalkan karena kematiannya.Rest in peace, Hana.

Diskriminasi dan rasisme, apapun alasannya, nggak bisa dibenarkan.Semoga kita belajar dari kasus Hana Kimura dan bisa selalu menebar kebaikan ke orang lain, ya!

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest