Berdasarkanjurnal tersebut dan menemukan penelitian yang berjudul “Alteration of the pH Dependence of Coronavirus-Induced Cell Fusion: Effect of Mutations in the Spike Glycoproteint”. Penelitian ini dilakukan oleh Thomas Gallagher, Cristina Escarmis, dan Michael Buchmeier dari Departemen Neurofarmakologi Scripps Clinic and Research Foundation, California.
Baca Juga: Terlibat Kasus Fetish Kain Jarik, Gilang Bungkus FIB Resmi Kena Drop Out dari Unair
Klaim mengenai derajat keasaman (pH) dalampesan berantaidi atas tampaknya dicomot dari penelitian ini, sebagaimana yang tertulis di bagian abstrak, yakni “infeksi sel murine yang rentan terhadap coronavirus mouse hepatitis virus tipe 4 (MHV4) menghasilkan fusi sel-sel yang luas padapH5,5-8,5”.
Namun, penelitian itu diterbitkan pada 1991 dan terkait dengan coronavirus mouse hepatitis virus tipe 4, bukanvirus Coronajenis baru,SARS-CoV-2, penyebabCovid-19.
Seperti diketahui,virus CoronaCovid-19baru muncul pada Desember 2019, tepatnya di Kota Wuhan, China.
Dikutip dari media pemeriksa fakta India, The Quint, ahli virus Shaheed Jameel mengatakan bahwa virus tidak memiliki derajat keasaman ataupH.
Namun, penelitian itu diterbitkan pada 1991 dan terkait dengan coronavirus mouse hepatitis virus tipe 4, bukanvirus Coronajenis baru,SARS-CoV-2, penyebabCovid-19.
Seperti diketahui,virus CoronaCovid-19baru muncul pada Desember 2019, tepatnya di Kota Wuhan, China.
Dikutip dari media pemeriksa fakta India, The Quint, ahli virus Shaheed Jameel mengatakan bahwa virus tidak memiliki derajat keasaman ataupH.
Oleh karena itu, pernyataan yang mengaitkan makanan yang diklaim memiliki pH tinggi dengan virus Corona tidak berdasar.
“Virus tidak memiliki nilai pH. Tidak ada organisme hidup yang memiliki nilai pH,” kata Shaheed. (*)