Fika berpendapat, profesi ini, tuh, tekananannya luar biasa.
Katanya, “Aspri itu harus selalu alert dan cepat adaptasi, bisa mikir dan ambil keputusan cepat, harus bisa komunikasi ke atas dan ke bawah dengan baik.
Apalagi bu Susi orangnya perfeksionis dan mau segala hal dikerjakan sudah selesai dari kemarin meskipun ngomongnya baru hari ini.”
Sementara menurut Intan, tantangan lainnya adalah bahwa dirinya harus bener-bener teliti dan banyak tahu. “Kerjanya harus zero mistake.
Selain itu saya juga harus responsif sama tiap pertanyaan pak Menteri, harus bisa jawab juga, jadi harus banyak tahu,” jelasnya.
Seakrab Apa dengan Menteri?
Kalau asisten pribadi kayak Fika sih nggak usah ditanya lagi deh, dia dan bu Susi tuh akrab banget. “Dari bicara politik, bisnis, keluarga dan hal-hal random lainnya,” paparnya.
Nah, kalau yang kita tahu, menteri itu selalu serius dan kaku pembawaannya, tapi kalau bersama para staf khususnya, mereka suka becanda juga lho.
“Kalau lagi di ruangan, pak Menteri suka becanda juga, kami ngobrolin berita terkini juga, bahkan, saking belum pernahnya saya foto sama beliau, malah dia yang heran ‘kok kamu nggak pernah foto sama saya sih?,” cerita Intan.
Pendidikan
Nggak ada pendidikan khusus untuk menjadi staf khusus menteri. Fika adalah lulusan Hukum di Universitas Indonesia dan lanjut S2 jurusan Public Policy di Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore, sementara Intan lulusan diploma Kesekretariatan dan Komunikasi di Universitas Kristen Satya Wacana.
Kalau mau jadi staf khusus, menurut Fika, kuncinya adalah, “Kerjakan yang terbaik saja di manapun kamu berada.”