Baca Juga: Mahasiswa Internasional di AS Terancam Dipulangkan Jika Belajar Online Dipermanenkan
"Saya kerja di sini karena saya harus membantu ayah bayar cicilan dan lain sebagainya," ujar Staton.
Namun yang dia dapatkan justru malaikat berwujud mantan narapidana yang selalu mendukung semua cita-citanya.
"Sebagian besar orang yang bekerja dengan saya sebelumnya dipenjara. Ini mengejutkan, betapa mereka mengangkat saya dan benar-benar ingin melihat saya berhasil untuk diri saya sendiri."
Rekan-rekan kerjanya mendorongnya untuk mendaftar di Bowie State University pada 2014 dan pada 2016, dia pindah ke University of Maryland, tempat dia pikir dia bisa tumbuh sebagai mahasiswa.
"Setelah saya mulai bekerja dengan baik di sana, saya hanya tahu saya ingin pergi dan berlatih hukum," kata Staton.
Dia kemudian mengambil LSAT dan mendaftar ke sembilan sekolah dan diterima di lima sekolah dengan daftar tunggu di empat sekolah lainnya.
Staton dan teman-temannya memutuskan untuk bikin film atas reaksinya saat membaca email penerimaan sekolah hukum. Email demi email, Staton dan teman-temannya kaget dan gembira saat baca kabar baik.
Akhirnya, Staton memutuskan untuk berkomitmen ke Harvard Law School dan dia nggak bakal pernah ngelupain semua orang yang pernah bantuin sampai di sana.
"Sepanjang waktu ini, orang-orang bertanya pada saya, 'bagaimana kamu melakukannya?' Lebih dari itu, bagaimana mungkin saya tidak melakukannya ketika semua orang mematahkan punggungnya untuk saya dan mendorong saya untuk menang," katanya.