"Sebanyak 58 persen anak punya perasaan yang tidak menyenangkan selama menjalani belajar di rumah. Karena mereka sulit untuk berinteraksi dengan teman-temannya," kata Novi dalam konferensi persnya di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (11/4/2020).
Baca Juga: Enam Ciri Orang yang Udah Harus Niat untuk 'Puasa' Social Media
Novi mengatakan, anak-anak berharap para guru tidak terlalu banyak memberikan tugas saat belajar di rumah.
Menurut Novi, anak-anak lebih suka berkomunikasi dua arah dengan guru dibanding mengerjakan tugas harian yang cukup banyak.
"Kemudian ada komunikasi dua arah dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif, penyediaan fasilitas internet beserta perangkatnya yang mumpuni," ungkapnya lagi.
Sementara hasil survey Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sampai dengan Kamis (23/4) lalu, jumlah pelajar yang tidak senang melakulan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau belajar dari rumah meningkat jadi 76,7 persen dari 1700 respondenny.
KPAI juga mengklaim, sejauh ini sudah menerima 250 pengaduan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dimana, banyaknya pengaduan berbanding lurus dengan hasil kajian bidang pendidikan KPAI tentang penerapan PJJ.
Baca Juga: Nggak Khawatir Lagi, Zoom Rilis Fitur Baru 5.0 untuk Hindari Zoombombing
Antusias para siswa dari berbagai daerah untuk berpartisipasi dalam kajian PJJ KPAI sangat mengejutkan. Kajian dimulai pada Senin (13/4) dan berakhir pada Senin (20/4), namun ketika batas waktu pengisian kuisioner habis, ternyata masih banyak siswa yang ingin mengisi kuisioner PJJ KPAI.
Tak heran, secara total kuesiiner ini diikuti responden yang berasal dari bernagai daerah yaitu dari 16 propinsi dan 50 kabupaten/kota.
"Dari 1700 responden siswa, hasil survey diantaranya mengungkapkan bahwa 79,9% responden menyatakan PJJ berlangsung tanpa Interaksi Guru-Siswa sama sekali, kecuali memberikan tugas dan menagih tugas saja, tanpa ada interaksi belajar, seperti tanya jawab langsung atau aktivitas guru menjelaskan materi," ungkap laporan yang dirilis tim KPAI, Minggu (26/4).