Selain itu, perbedaan mendasar dalam kesehatan paru-paru pria, diasumsikan berkontribusi pada gejala yang lebih buruk, dari infeksi virus corona, SARS-CoV-2 ini.
Hipotesis merokok sebagai penyebab kematian paling berisiko dari wabah virus corona ini telah dirangkum dalam sebuah makalah yang diterbitkan bulan lalu.
Dalam makalah tersebut menemukan, sebanyak 12 persen perokok memiliki gejala ringan, tetapi 26 persen dari mereka berakhir dalam perawatan intensif atau meninggal.
Merokok ternyata juga dapat menjadi cara pertama penularan infeksi virus corona. Sebab, perokok lebih banyak menyentuh bibir dan mungkin berbagi rokok yang terkontaminasi.
Baca Juga: 5 Fakta Es Krim Legendaris Viennetta: Dulu Krim Tebal, Sekarang Tipis-tipis
Faktor biologis
Kendati demikian, pemahaman lain tentang risiko kematian akibat Covid-19 pada pria terus berkembang.
Para ahli menilai adanya faktor biologis yang lebih besar potensinya dalam berkontribusi terhadap angka kematian Covid-19 pada pria. Sementara ada proporsi yang lebih tinggi dari perokok pria di banyak negara.
Di Inggris, 16,5 persen pria merokok dibandingkan dengan 13 persen wanita dan perbedaannya nggak separah di China. Akan tetapi pria terus terwakili dalam statistik Covid-19.
"Pengamatan yang berkembang tentang peningkatan mortalitas pada pria terus terjadi di China, Italia dan Spanyol. Kami melihat ini di berbagai negara dan budaya yang sangat beragam," kata Sabra Klein, profesor di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.
Kalian juga nggakberpikir jika merokok menjadi faktor utama penyebab tingginya kematian Covid-19 pada pria.
Baca Juga: Kominfo Sebar Pesan Singkat Berisi Status IMEI Kamu Pagi Ini