Dia memelopori metode yang memvisualisasikan virus dengan lebih baik dengan menggunakan antibodi untuk menggabungkannya.
Bakatnya diakui di Inggris dan dia dibujuk kembali pada tahun 1964 untuk bekerja di Sekolah Medis Rumah Sakit St Thomas di London, rumah sakit yang sama yang merawat Perdana Menteri Boris Johnson ketika dia menderita Covid- 19 virus.
Baca Juga: Wih, Jawa Timur Punya Radar Covid-19 untuk Pantau Sebaran Virus Secara Real Tme
Sekembalinya, dia mulai bekerja sama dengan Dr David Tyrrell, yang menjalankan penelitian di unit flu biasa di Salisbury di Wiltshire.
Dr Tyrrell sebelumnya sudah mempelajari sampel virus flu yang kemudian dikenal sebagai B814, berasal dari pencucian hidung seorang murid di sekolah asrama di Surrey pada tahun 1960.
Mereka menemukan, kalo mereka mampu menularkan gejala flu biasa ke sukarelawan tetapi mereka nggak bisa menumbuhkannya dalam kultur sel rutin.
Namun, penelitian sukarela menunjukkan pertumbuhannya dalam kultur organ dan Dr Tyrrell bertanya-tanya apakah itu dapat dilihat oleh mikroskop elektron.
Mereka mengirim sampel ke Juni Almeida yang melihat partikel virus dalam spesimen, yang dia deskripsikan sebagai virus influenza tapi nggak persis sama.Dia mengidentifikasi apa yang kemudian dikenal sebagai coronavirus manusia pertama.
Coronavirus adalah sekelompok virus yang memiliki penampilan halo atau mahkota (corona) ketika dilihat di bawah mikroskop.
Baca Juga: Pasien COVID-19 Positif Dua Kali, Ini Kata WHO Soal Kekebalan Orang Sembuh dari Corona
virus corona yang terlihat dari mikroskop
Dr Tyrrell dan Dr Almeida, bersama dengan Prof Tony Waterson, orang yang bertanggung jawab di St Thomas's, yang menamakannya coronavirus karena mahkota atau lingkaran cahaya yang mengelilinginya pada gambar virus.