Sementara, jurnal penelitiannya diunggah di situs ACS Publication.
"Meskipun kita tidak dapat melihat benda-benda kecil nanoskopik seperti protein atau molekul lain yang membentuk hampir seluruh makhluk hidup termasuk sel, jaringan, serta patogen virus," tulis Buehler di keterangan musiknya di SoundCloud.
"Algoritma komputasi kami memungkinkan kita untuk membuat manifestasi materialnya terdengar," tambahnya.
Dari aransemennya sih, musik ini memang terdengar cocok sebagai medium relaksasi kala stres di saat isolasi.
Tapi, kalian mungkin nggak bakal sadar kalo yang lagi kalian dengerin literary adalah suara dari si "virus corona" sendiri.
Artikel ini telah tayang lebih dulu di National Geographic Indonesia.