Follow Us

5 Tragedi Pembunuhan di Konser Musik, Anggota Pantera Salah Satu Korbannya!

Alvin Bahar - Sabtu, 04 April 2020 | 08:00
Dimebag Darrell
rollingstones.com

Dimebag Darrell

HAI-ONLINE.COM - Kasus pembunuhan selalu muncul menjadi sebuah fenomena yang nggak pernah pudar hingga menjadi sejarah.

Nggak pernah pilih-pilih tempat, pembunuhan bisa terjadi di mana pun, asal ada kesempatan bagi pelakunya.

Contohnya saja pembunuhan yang terjadi di lokasi pertunjukan musik. Walaupun dengan kondisi tempat yang ramai, nggak menutup kemungkinan untuk kejahatan seperti itu bisa terjadi.

Baca Juga: Unik! Begini Jadinya Kalau Ojol Terapin Physical Distancing Sama Penumpang

Di sini HAI rangkum 5 pembunuhan terburuk yang terjadi di lokasi pertunjukan musik.

1. Darrell Abbott yang ditembak mati di atas panggung saat pertunjukan Damageplan

Tragedi ini seperti menjadi sebuah hentakan bagi komunitas metal sampai saat ini.

Terjadi pada Desember 2004, Darrel Abbot, alias Dimebag Darrell yang besar melalui band heavy metal Pantera, dieksekusi dari jarak yang dekat saat sedang melakukan penampilannya di atas panggung di depan para penggemarnya.

Tindakan itu dilakukan oleh Nathan Gale, seorang mantan Marinir AS yang secara mental bisa dibilang nggak stabil.

Nggak cuma membunuh Darrell, saat Gale mengamuk, dia juga menembak mati kepala keamanan Damageplan, Jeffery Thompson dan seorang anggota staf Alrosa Village, Erin Halk yang saat itu berusaha menahan Gale supaya nggak melarikan diri.

Bahkan seorang pria bernama Nathan Bray yang mencoba melakukan CPR pada tubuh Darrell yang udah nggak bernyawa pun ikut ditembak mati oleh Gale.

Motif pembunuhan yang dilakukan Gale dibilang nggak jelas. Namun beberapa saksi mata mengatakan bahwa Gale sempat berteriak "Kamu membubarkan Pantera."

Dari tragedi ini, menyebabkan lima orang meninggal dunia termasuk Nathan Gale, yang terkena tembakan senapan oleh petugas polisi, James Niggemeyer.

2. Pembunuhan 89 orang oleh teroris di konser Eagles of Death Metal di Paris

Terjadi pada malam hari 13 November 2015, serangan mengerikan yang terjadi di Paris ini merupakan koordinasi penuh antara tujuh orang teroris, yang mana semuanya memakai rompi bunuh diri dan membawa senjata otomatis dalam melakukan aksinya.

Dari tragedi yang dilakukan oleh para teroris, menyebabkan 89 orang terbunuh dan lebih dari 100 orang yang menghadiri konser luka-luka.

Tiga dari tujuh pelaku itu sempat mengepung Bataclan selama dua jam dengan menyandra banyak orang, sebelum polisi mampu menyerbu tempat itu.

Beberapa saksi menceritakan bahwa dia mendengar orang-orang bersenjata itu menyebut-nyebut Suriah dan Irak selama pembantaian dan meneriakkan "Allahu akbar."

Sebagai salah satu korban yang selamat, Isobel Bowdery memposting sebuah tulisan melalui akun Facebook-nya, yang dilansir melalui Listverse.

Baca Juga: Daftar Game yang Bakal Rilis di Bulan April, Cocok Buat Temenin Karantina di Rumah

"Itu hanya sebuah pertunjukan rock saat Jumat malam. Suasananya begitu bahagia dan semua orang menari dan tersenyum. Dan kemudian ketika orang-orang itu datang melewati pintu depan dan memulai tembakan, kami dengan naif percaya bahwa itu semua merupakan bagian dari pertunjukan. Itu bukan hanya serangan teroris, itu adalah pembantaian."

Bowdery juga menceritakan bagaimana kondisi di lokasi saat itu, saat serangan sedang terjadi. Dengan lusinan orang yang ditembak, darah yang memenuhi lantai, Bowdery cukup banyak menerima tekanan dalam situasi saat itu.

"Terkejut dan sendirian, aku berpura-pura mati lebih dari satu jam. Berbaring di antara orang-orang yang melihat orang yang mereka cintai tidak bergerak."

3. Pembunuhan terkenal saat Rolling Stones berada di Altamont

Menjadi sebuah tragedi yang sangat signifikan, peristiwa ini bisa dibilang masuk ke dalam sejarah musik.

Di mana sebuah festival besar yang dimaksudkan untuk mempromosikan dan mendorong free love saat puncak pergerakan hippies di tahun 1969, malah dikenang menjadi tragedi pembunuhan brutal yang terjadi pada Meredith Hunter, seorang remaja usia 18 tahun.

Menjadi seorang keamanan sewaan, tindakan yang dilakukan kelompok Hells Angels mampu menjadi penentu warna bagi masa depan hippies.

Karena pada tahun 1970, hippies tepat berada pada pembelokannya dan menandai penurunan yang bertahap dalam gerakannya.

Tragedi ini terjadi saat penampilan Rolling Stones, yang mana saat itu Hunter dikatakan terlalu dekat dengan sang vokalis, Mick Jagger dan panggung sehingga anggota dari Angels mendekat ke arah Hunter.

Baca Juga: Dibantu Gitaris Rolling Stones, The Beatles 'Reuni' Bawain Lagu 'Get Back' di London

Namun karena Hunter nggak mengindahkan teguran dari anggota Angels dengan memanggil pihak keamanan lain untuk mengusir Angels, tiba-tiba dia ditikam oleh salah anggota Angels tersebut dan dipukuli oleh beberapa orang lainnya.

Saat itu terjadi, para anggota Rolling Stones menyakikan dan musik berhenti tiba-tiba saat semua orang berusaha mati-matian untuk membawa tubuh Hunter yang udah nggak bernyawa ke dekat panggung untuk mendapatkan penanganan medis.

Atas kejadian itu, Hunter dikatakan mengalami luka yang sangat serius dan mengakibatkan meninggalnya Hunter.

4. Bom bunuh diri yang menewaskan 22 orang saat konser Ariana Grande

Terjadi saat bulan Mei 2017, tragedi ini menjadi serangan paling mematikan di tanah Inggris sejak pengeboman London Underground 7 Juli 2005.

Baca Juga: Asal Usul Donat Punya Lubang di Bagian Tengah, Wah Kena Panah

Dengan keberadaan beribu penggemar Ariana yang memadati Arena Manchester, Salman Abedi sebagai pelaku bom bunuh diri meledakkan bom yang diikat padanya sehingga menewaskan 22 orang dan melukai 250 orang.

Dari beribu penonton, kebanyakan merupakan gadis-gadis muda beserta orang tua mereka.

Diduga kalo perangkat yang dipakai oleh Abedi punya kekuatan yang kuat banget. Sehingga ketika diledakkan, menimbulkan sebuah kawah pada lantai beton di arena tersebut.

Juga polisi percaya kalo perangkat tersebut dikumpulkan oleh Abedi seorang diri pada hari-hari sebelum serangan.

5. Stephen Paddock menewaskan 59 orang dalam tembakan massal paling mematikan dalam sejarah AS

Stephen Paddock merupakan seorang pria bersenjata, bersembunyi di kamar hotelnya di lantai 32 resor dan kasino Mandalay Bay.

Dia menembakkan ratusan peluru dari gudang senjata otomatisnya ke sekitar 22.000 orang yang hadir di sebuah festival musik pada Minggu malam, 1 Oktober 2017.

Saat tim SWAT berhasil memasuki kamar hotelnya, mereka menemukan Paddock yang mati karena tembakannya sendiri dengan banyak senjata kelas militer.

Baca Juga: Sejarah Slogan 'Just Do It' dari Nike Ternyata Terinspirasi oleh Ucapan Pembunuh yang Dihukum Mati

Tragedi ini menyebabkan Paddock sebagai pembunuh massal yang paling terkenal di Amerika, dengan motif yang nggak jelas, yang berhasil memakan 59 nyawa dan 527 orang lainnya terluka.

Penulis: Nada Aprillia

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest