HAI-Online.com -Kalo biasanya pakai narkoba itu bakalan dikejar-kejar pihak kepolisian, bahkan terancam masuk penjara, sekarang pakai ‘narkoba’ akan lebih aman dengan pakai aplikasi. Asli polisi nggak bisa kejar-kejar kita!
Apa yang akan dilakukan oleh polisi kalau kamu sampai ketangkap basah menggunakan marijuana (ganja), opium, LSD, ekstasi, ataupun kokain?
Pastinya, kamu langsung digiring ke kantor polisi, orang tua langsung dipanggil, dan hukuman menanti, nama baik rusak, masa depan hilang dan mungkin ada banyak kerugian yang nggak terganti.
Meski seseram begitu, kayaknya masih aja nggak cukup jadi ancaman buat para penggunanya, sob! Padahal ada cara lain untuk “menenangkan” pikiran.
Baca Juga: Tampangnya Berantakan, Polisi Ungkap Kondisi Jefri Nichol Pas Ditangkap
Nah, pada 2015 silam, muncul yang namanya narkoba digital. Kalo mau dicari efeknya bisa sama dengan obat-obatan terlarang alias narkoba.
Cukup dengan mendengarkan audio yang ada di program tersebut, otak pengguna diduga bisa ‘terganggu’ kayak lagi menggunakan narkoba beneran, sob!
Yang jadi pertanyaan, mungkin nggak sih hanya dengan mendengarkan audio dari sebuah aplikasi, otak kita bisa langsung ‘rusak’?
Percaya nggak percaya, para pakar justru berani menjawab ‘nggak’ buat pertanyaan tersebut.
Contohnya, I-Doser. Meski banyak yang menuduh aplikasi ini punya efek yang berbahaya serupa narkoba, rupanya I-Doser ini sama sekali nggak mencelakakan.
Baca Juga: Kecubung, Bahan Narkoba Paling Mematikan di Dunia Itu Tumbuh di Indonesia!
So, daripada kamu menghabiskan waktu lebih lama lagi buat bertanya-tanya perihal efek samping dari ‘narkoba’ digital, termasuk I-Doser, mendingan kamu langsung simak aja beberapa penjelasan berikut!
Pertama, nggak kayak narkoba beneran yang dilarang peredarannya, 'narkoba' digital yang diciptakan oleh Nick Ashton ini malah justru gampang banget didapetinnya.
Hanya dengan membayar sebesar Rp 75,000,- di App Store atau sebesar Rp 71,542,- di Google Play Store, kamu sudah bisa memasang aplikasi ini di smartphone kesayangan.
Nah, ‘obat’ yang dipakai oleh pengguna I-Doser berbentuk file audio yang mereka sebut dengan istilah dose.
Beberapa jenis dose bisa didapatkan secara gratis namun ada pula yang dibanderol dengan harga tertentu.
Baca Juga: Sempat ke WTF Bareng, Joe taslim Semangati Jefri Nichol yang Tersandung Narkoba!
Stimulus yang dihasilkan oleh gelombang suara milik dose tersebut memiliki beragam efek. Pada Renchon misalnya, saat mendengarkan dose jenis marijuana berdurasi 10 menit, ia sudah bisa merasakan efeknya di menit kelima.
“Awalnya rada rileks, perlahan mulai pengen ngakak, pas pertengahan dose, tiba-tiba ngakak sendiri. Nggak bisa berhenti sampai akhirnya ada suara berisik banget gitu yang bikin kaget di beberapa menit terakhirnya. Baru, deh, ketawanya berhenti,” katanya kepada HAI.
Menganggap akan menghasilkan imajinasi, justru Renchon sekadar ngerasa kayak dikelitik saat mendengarkan dose marijuana itu. Renchon bercerita, jika ingin menghasilkan efek imajinasi, kita bisa mencoba dose Gate of Hades dan Hand of God.
“Dua-duanya serem, sih. Mungkin ada kasus orang yang jerit-jerit sendiri pas pake salah satu dari itu. Oh, iya, efek sampingnya bisa jadi paranoid juga,” jelasnya.
Yang perlu lo tahu juga, di beberapa orang I-Doser ini malah nggak menghasilkan efek sugesti sedikit pun. Azhar, seorang pelajar SMA daerah Jakarta Selatan bercerita kalau dirinya sempat mendengarkan brainwave yang seharusnya menimbulkan efek fokus.
Namun, setelah menyimak baik-baik sepanjang sepuluh menit, Azhar tak merasakan perubahan sedikit pun. “Waktu itu gue download suaranya. Nyoba yang jenis focus. Harapannya, jadi bisa lebih asik belajar gitu. Taunya, nggak ada efek apa-apa. Bisa jadi, sih, karena dari awal gue udah menyugesti diri gue kalau ini nggak bakal berefek ke gue,” katanya beda.
Asli, Nggak Bikin Kecanduan!
Nick Ashton sebenarnya telah mengklarifikasi sejak tahun 2010 kalau I-Doser bukan diciptakan untuk menyaingi eksistensi zat psikotropika.
“Saya nggak setuju kalau produk saya disebut sebagai ‘narkoba’ digital. Produk ini ditujukan untuk menstimulasi keadaan mood seseorang. Konteks ‘narkoba’ hanya membuatnya menjadi berkonotasi negatif.” jelas Nick seperti dikutip dari situs binauralblog.
Nick juga menuturkan, kalau produk I-Doser buatannya ini sudah melewati tahap riset yang teruji secara sains. Jadi, nggak akan ada efek samping negatif yang akan ditimbulkan oleh produk buatannya ini, apalagi sampai kecanduan.
“Binaural sequences sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu. Nggak ada yang berbahaya dari teknik ini. I-Doser hanya dijual untuk usia 18 tahun ke atas dan selalu berusaha untuk menawarkan efek positif.” lanjut Nick lagi.
Baca Juga: 10 Tahun Lalu Gamaliel Memaksa Audrey Nyanyiin A Whole New World
Perlu diketahui, ‘binaural sequences’ atau ‘binaural beats’ adalah metode yang digunakan oleh produk I-Doser di setiap konten audionya.
Binaural beats sendiri sudah ada sejak tahun 1839 dan memang dikenal sebagai salah satu teknik audio yang mampu menciptakan kondisi rileks bagi pendengarnya.
Kalau nyatanya I-Doser ini nggak bikin kecanduan, jadi sebenarnya I-Doser ini narkoba atau bukan?
Andezzz, seorang disc jockey (DJ) dan produser musik lulusan Berkeley College of Music mencoba menyampaikan pandangannya.
“Program ini emang bukan narkoba. Nggak bikin mabuk atau high. Kalau soal nama-nama dose yang mirip nama narkoba, itu menurut gue cuma marketing language aja. Biar orang penasaran.” ungkap Andezzz yang memang pernah mencoba mendengarkan audio binaural. (*)