Nggak Harus Sayang Hewan
Sebenernya, kriteria yang ideal buat jadi dokter hewan itu, bukannya harus sayang hewan, tapi harus berani menghadapi hewan apapun. Pun sekelas ular, lho!
“Saya pernah sekali itu meriksa ular. Betul-betul baru sekali. Sebenernya ya takut juga, tapi dipaksain, karena udah tanggung jawab kan mau gimana lagi,”curhat dokter Jimmy.
Dalam prakteknya, seorang dokter hewan juga dituntut untuk nggak egois atau melulu mendominasi percakapan dengan pemelihara pasien. Soalnya, kita pasti butuh untuk terus mendengarkan biar dapetin informasi yang banyak.Yang paling penting, seorang veteriner juga nggak boleh merasa sok pintar atau sombong. Karena hal ini berguna banget dalam menjaga relasi antar dokter hewan, untuk perkara rujuk-merujuk pasien.
Lanjut, jadi dokter hewan itu sebenernya memungkinkan kita untuk ketemu banyak orang dari segala profesi. Bisa memperluas networking, bisa berkembang di bidang sendiri dan juga di bidang lain.
Malangnya, dokter hewan kadang juga mesti jadi “kambing hitam” waktu binatang yang ditanganinya mati. Padahal, belum tentu kesalahan sepenuhnya ada di dokter hewan. Syuliiiitt…
Tantangan
Berkecimpung di dunia kesehatan alias medis, bikin seorang dokter hewan harus terus mengikuti perkembangan yang ada. Karena pada dasarnya, ilmu kesehatan itu selalu berkembang, selalu berubah, dan selalu mengalami pembaharuan, maka dokter hewan dituntut untuk terus belajar.
Pendidikan
- 4 tahun pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Hewan
- 2 tahun pendidikan profesi
- Ujian kompetensi untuk mendapatkan piagam Surat Kompetensi Dokter Hewan
- Mendaftar PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia) untuk mendapatkan bukti keanggotaan, guna mengajukan STRV (Surat Tanda Registrasi Veteriner)
- Pengajuan STRV untuk mendapatkan ijin praktek