Selain itu, Arif juga mengatakan bahwa petugas seharusnya juga melakukan jemput bola terhadap pasien, nggak hanya menunggu laporan, dan menyarankan supaya Wiji mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
3. Upaya Pengobatan Belum Maksimal
Menurut pengakuanKepala Dusun Tambak, Imam Maki, Wiji sebenarnya sudah mendapatkan penanganan dari tim medis sejak lama, namun kurang maksimal karena pasien enggan untuk berpisah dengan Mbok Jirah.
"Sejak kecil Wiji Fitriani memang diasuh oleh neneknya. Keduanya sulit dipisahkan, sehingga Wiji tidak dapat berobat maksimal," ujar Imam.
Lebih lanjut, Imam berpendapat bahwasalah satu solusi supaya penyembuhan gangguan jiwa Wiji bisa berjalan dengan lancar adalah dengan cara memisahkan dia sementara dari sang nenek.
"Kalau benar-benar ditangani dan diobati, lukanya akan cepat kering, dangangguanjiwanya kembali normal," terangnya lebih lanjut.
4. Sempat Dirujuk ke RSJ Lawang, tapi Memaksa Pulang
Dalam keterangannya, dr Rindang Farikha Indana selaku Kepala Puskesmas Ngadi mengaku bahwa pihaknya telah tiga kali memberikan rujukan perawatan Wiji Fitriani ke RSJ Lawang, namun pasien selalu memaksa untuk pulang.
"Sudah tiga kali pasien dirujuk ke RSJ Lawang mulai 2011, 2014 dan 2017. Termasuk dirujuk untuk pemeriksaan lukanya ke RSUD Pare," kata Rindang.
Selain itu, Wiji diketahui juga sempat akan menjalani operasi sebagai bentuk penanganan terhadap luka pada bagian jari, tapi sayangnya gagal terlaksana.
"Menjelang operasi dokternya menelepon kami minta pasien dijemput karena tidak jadi operasi. Pasien menangis dan keluarga tidak ada yang tanda tangan, sehingga mau tidak mau kami jemput," tambahnya.
5. Sang Nenek Ikhlas Melepas Cucunya Berobat ke RSJ Menur, Surabaya