Follow Us

Liga Kompas Kacang Garuda U-14 - Perkembangan Atlet Jadi Berkah Utama

Bayu Galih Permana - Jumat, 29 Maret 2019 | 09:00
SSB Bina Taruna berhasil mendapatkan gelar juara Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim ini.
Alif Ichwan

SSB Bina Taruna berhasil mendapatkan gelar juara Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim ini.

HAI-Online.com - SSB Bina Taruna akhirnya berhasil memastikan gelar juara Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2018/2019 setelah memetik kemenangan 1-0 atas SSB Villa pada parta pamungkas yang digelar di Stadion Ciracas, Jakarta, Minggu (24/3).

Kemenangan tersebut berhasil membuat mereka kokoh di puncak klasemen dengan 57 poin, unggul satu angka dari Salfas Soccer yang juga berhasil meraih kemenangan pada pekan terakhir usai menekuk SSB JFA dengan skor 2-0.

Meskipun SSB Bina Taruna berhasil memenangi kompetisi Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2018/2019, gelar juara dinilai bukan jadi tujuan utama mengikuti kejuaraan kelompok umur tersebut.

Perkembangan pesat para atlet setelah mengarungi 30 laga selama kompetisi adalah berkah utama yang paling disyukuri, mengingat pada kejuaraan kelompok umur, tim nggak dituntut menjadi juara, tetapi membina pemain dengan baik sejak usia dini.

Baca Juga : Viral Video Bocah SD Didepak dari Mobil oleh Perempuan yang Diduga Ibunya

”Juara adalah bonus pembinaan yang baik. Berkat pembinaan yang baik, mereka berkembang pesat dan bisa membuahkan hasil positif di setiap laga,” ujar Pelatih Bina Taruna, Saut L Tobing seusai timnya memastikan gelar juara.

Lebih lanjut, Saut mengatakan bahwa setiap pekan anak asuhnya terus belajar bahwa kerja sama dan kekompakan tim menjadi komponen sangat penting untuk memenangi setiap laga, sehingga mereka memiliki mental ingin meraih hasil terbaik di setiap pertandingan

”Di luar lapangan, dukungan orangtua juga semakin baik. Mereka sadar, anaknya nggak mungkin berprestasi jika nggak mendapat dukungan yang baik. Ini nilai positif untuk pembinaan usia muda,” kata Saut.

Setelah ini, Saut ingin terus membina anak asuhnya hingga usia U-17, dan nggak akan buru-buru untuk melepas anak asuhnya ke tim lain, terutama tim Liga 1 Indonesia yang mengikuti kompetisi Liga 1 U-16, April ini.

”Anak-anak ini masih mentah. Saya ingin membina mereka sampai benar-benar matang dan siap menjadi pemain profesional,” ujarnya.

Banyak Belajar

Pelatih Salfas Soccer, Irwan Salam mengaku bahwa anak asuhnya banyak belajar dari Liga Kompas, apalagi kompetisi ini adalah pengalaman pertama timnya mengikuti liga.

Menariknya, Irwan sempat mengaku bahwa dia hanya menargetkan Salfas Soccer untuk nggak terdegradasi di awal kompetisi, sebelum akhirnya bernafsu untuk mengejar gelar juara setelah timnya mampu merangsek naik ke papan atas pada paruh musim.

Namun, tuntutan pada anak asuhnya untuk selalu memenangi setiap laga kemudian menjadi bumerang karena besarnya tekanan yang membuat mereka menjadi tertekan dan tergelincir dari peringkat pertama ke peringkat kedua, empat pekan sebelum akhir.

”Di usia muda, anak-anak harus dibiarkan main lepas. Jangan pernah menuntut. Saat dituntut, mereka justru terbebani dan nggak bisa mengeluarkan permainan terbaiknya. Kejuaraan kelompok usia memang bukan tempat mengejar prestasi, tetapi tempat pembinaan,” ujarnya.

Baca Juga : Canggih dan Ramah Lingkungan, Printer Buatan Mahasiswa Ini Menggunakan Plastik

Jangan Cepat Puas

Direktur Liga Kompas Kacang Garuda U-14 Adi Prinantyo mengatakan, tim mapan atau tim papan atas nggak boleh terlena dengan prestasi mereka saat ini karena persaingan akan berbeda dan pasti bakal muncul kejutan di musim depan.

Di sisi lain, Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy mengingatkan bahwa liga harus terus meningkatkan kualitasnya, terutama dalam segi sportivitas.

Jumlah kartu kuning musim ini, 442 kartu kuning, jauh lebih banyak daripada 388 kartu kuning pada musim 2017/2018, sedangkan kartu merah tetap sama yaitu 12 kartu.

”Semangat sportivitas itu harus dibina sejak usia muda agar terbawa hingga dewasa,” katanya.

Direktur Marketing Garudafood Ferry Haryanto mengutarakan, Liga Kompas adalah ajang yang sangat tepat untuk menjaring bibit pemain terbaik Indonesia, terlihat dari banyak jebolan liga yang terpilih memperkuat tim nasional Indonesia di beberapa kelompok usia.

Maka dari itu, Ferry sendiri memiliki harapan supaya kerja sama Kompas dan Kacang Garuda tetap terus berlanjut di masa mendatang.

”Kalau mau sepak bola bagus, pembibitan harus dari dasar. Kami konsisten mensponsori persepakbolaan Indonesia,” katanya.

Upaya pembenahan

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria menyampaikan bahwa Liga Kompas adalah relasi penting PSSI dalam membina sepak bola usia dini.

Agar hasil liga ini jadi lebih optimal, PSSI kini sedang mempersiapkan kompetisi berjenjang, di antaranya Liga 1 U-16, U-18, dan U-20, yang rencananya akan mulai bergulir secara bertahap pada bulan April mendatang.

”Dengan kompetisi berkelanjutan, diharapkan skill dan mental atlet bisa meningkat bertahap. Selama ini, kebanyakan mereka melompat ke jenjang lebih tinggi karena belum ada kejuaraan kelompok umur lanjutan. Kini, kami mau mulai membenahi itu, diawali dari klub-klub di Liga 1,” ujarnya.

Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Raden Isnanta mengatakan, lewat program dana desa, pihaknya mendorong daerah membenahi infrastruktur sepak bola, yakni lapangan sepak bola.

Pembenahan infrastruktur ini sendiri telah diterapkan di beberapa desa wilayah Tasikmalaya, Jawa Barat, dan juga Bali.

”Selama ini, minat besar masyarakat bermain sepak bola nggak diimbangi ketersediaan lapangan. Jadi, lewat kerja sama dengan banyak pihak, kami berupaya membenahi itu,” katanya.

Pada penutupan liga, tim pemandu bakat liga mengumumkan 24 pemain terbaik yang nantinya dilatih dan diciutkan menjadi 18 pemain yang akan mengikuti Piala Gothia 2019 di Swedia, 14-20 Juli. Selamat buat SSB Bina Taruna! (*)

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya

Latest