HAI-ONLINE.COM - Di balik kegembiraan kamu menonton konser band luar negeri di Indonesia, ada anak-anak muda yang berjuang untuk mendatangkan mereka dan mempersiapkan tempat penginapan, konsumsi, hingga dana.
Mereka adalah anak-anak muda yang memiliki inisiatif untuk menjadi promotor musik agar bisa melihat teman-temannya senang ketika kampung halamannya kedatangan band-band keren.
Bukan hal yang mudah, lho, untuk menjadi promotor. Mulai dari meyakinkan sponsor untuk mau mengucurkan dana demi berjalannya sebuah gigs atau konser, mencari tahu harga dari sebuah band, hingga mempersiapkan konsep panggung yang bisa dinikmati oleh musisi dan juga penontonnya.
Baca Juga : Tanggapi Aksi Blundernya, Thibaut Courtois: Aku Tetap Salah Satu Kiper Terbaik!
Di The Sounds Project Vol. 4 kemarin, ada 5 anak muda yang merupakan promotor musik yang datang dan berbagi tentang pengalaman mereka dalam meniti karier di dunia itu.
Mereka adalah Gerhana Banyubiru (The Sounds Project), Novaldi Alghani (Magical Feeeling), Argia Adhindhanendra (Noisewhore), Kenneth Ibrahim (9th Music Gallery) dan Xandega Tahajuansya (Studiorama).
Mereka berbagi tips dan trik, hingga curhat terkait serunya menjadi promotor musik dari band-band indie di ibu kota dan beberapa tempat lain di Indonesia.
Rata-rata, mereka mulai meniti karier di dunia promotor sejak masih ngampus. Ada yang "bersekongkol" dengan teman sekelasnya, ada juga yang berkerjasama dengan teman-teman gigs-nya.
Mulai dari Gerhana, yang curhat bagaimana dirinya bisa menciptakan The Sounds Project dari kampus Gunadarma.
"Gue ketemu temen-temen, cuma 4 orang. Nekat aja awalnya, nggak pernah kepikiran bakal bisa ngundang band luar negeri ke sini. Gue udah terlanjur nyebur ke ranah ini, makin ke sini, semesta mendukung aja gitu," ujarnya.
Baca Juga : Cerita Hayley Williams yang Sempat Alami Depresi dan Pernah Dijuluki Batwoman
Dia juga curhat bagaimana sulitnya meyakinkan sponsor untuk mendanai acara musik anak kampus yang saat itu mungkin belum ada pengalaman.