Follow Us

Album Perdana Penuh Kegilaan Kras, Mad Maniac, Dirilis Disaster Record

Rian Sidik - Kamis, 22 November 2018 | 20:30
Kras Official
Doc. KRAS Official

Kras Official

Satu hal yang nggak kalah penting, di album ini KRAS mengajak Dwey, vokalis band thrash metal asal Bandung, Werewolf untuk berkolaborasi di lagu Serangan Terakhir, lagu yang bercerita tentang perjuangan berdarah-darah para personel KRAS dalam mempertahankan eksistensi band ini sampai harus mengorbankan biaya, waktu, karier kerja konvensional sampai asmara.

Baca Juga : 5 Band Rock yang Butuh Dibikin Film Biopic Kayak Bohemian Rhapsody

Tapi yang nggak kalah penting. Diajaknya Dwey dalam lagu ini merupakan upaya KRAS untuk mengikis atau bahkan menghabisi sentimen kedaerahan yang akhir-akhir ini terus mengembang. Di lagu ini, Bobby sama sekali nggak bernyanyi!

Supaya kamu tahu. Fanatisme semu para penggemar sepak bola di Indonesia nggak jarang menjangkit ke berbagai aspek kehidupan.

Hingga akhirnya melahirkan fanatisme kedaerahan yang ironisnya terbawa hingga ke panggung musik metal. Padahal, musik adalah bahasa universal yang seharusnya bisa mempersatukan segala perbedaan.

"Sebagai harapan, thrash metal ini bisa menjadi gaung memperbaiki hubungan scene metal Bandung dengan Jakarta. Kita semua orang Indonesia, untuk apa terkotak-kotakan hanya karena fanatisme sepak bola,” kata Bobby, menjelaskan pesan dalam lagu Serangan Terakhir.

Hal lain yang perlu digarisbawahi. KRAS juga memberikan menghormati dan berterima kasih kepada para pahlawan metal lokal yang telah membentuk karakter sekaligus selera bermusik mereka secara keseluruhan.

Melalui Metal Maniac, Bobby dkk memberikan puja-puji kepada para pahlawan distorsi tebal seperti Seringai, Burgerkill, Noxa, Siksakubur, Rajasinga, Komunal dan lainnya atas segala inspirasi yang mereka semburkan.

"Dulu, sebelum ada Rotor (era awal 90-an), metalhead Indonesia selalu berkiblat kepada band-band metal luar. Memang wajar, karena musik ini bukan lahir di Indonesia.

Tapi sekarang, kualitas band-band seperti Seringai, Burgerkill, Noxa, Siksakubur, Rajasinga sudah sejajar dengan band-band luar. Inilah para pahlawan kami yang membuat kami akhirnya ‘gila’ seperti ini," tukas Eben.

Proses penggarapan tindak lanjut dari EP (album mini) Patriam Fur (2015) dan Heavy Metal Punk Machine (2017) ini sendiri memakan waktu sekitar satu tahun.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest