Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Mengapa Kita Nggak Perlu Takut Dengan Kesendirian, dan Bagaimana Cara Membiasakannya

Rizki Ramadan - Kamis, 24 November 2016 | 06:00
Sendiri nggak semenyeramkan itu kok. Justru Perlu Kita Biasakan.
Rizki Ramadan

Sendiri nggak semenyeramkan itu kok. Justru Perlu Kita Biasakan.

Bagi Nabila, jalan-jalan adalah kebutuhan hidup. Ia bisa menemukan banyak keseruan, betapapun sederhana perjalanannya. “Aku suka jalan-jalan. Itu asik! Aku bisa melihat kehidupan baru, menemukan sesuatu yang baru, ngobrol sama strangers,” kata Nabila.

Hobi jalan-jalannya ini sudah ia penuhi sejak kelas X semester 2. Tiap kali dibuat penasaran oleh cerita tentang suatu tempat, atau acara, ia selalu berhasrat mengunjunginya.

Pengalaman jalan-jalan besar pertamanya adalah menjelajahi Jakarta Pusat. Dua tujuan utamanya adalah Museum Nasional, dan Galeri Nasional. Bonusnya, ia bisa menjajal naik bus tingkat gratis City Tour yang baru ia ketahui keberadaannya saat itu.

Bukan bersama keluarga, teman, atau pacar, Nabila sering memenuhi hasrat jalan-jalannya itu sendiri.

“Lebih enak sendiri sebenernya. Bebas, nggak ada yang ganggu, nggak usah gengsi, bisa jadi diri sendiri, bisa eksplor lebih banyak,” papar siswi kelas XII SMAN 8 Jakarta ini.

Menonton film di bioskop, duduk-duduk di kafe, atau nge-mall juga sering dilakukan sendirian oleh cewek yang sempat tergabung sebagai wartawan sekolah di tiga media remaja sekaligus ini.

Kepuasan dalam eksplorasi diri dengan bersendiri terlebih lagi dirasakan oleh Natasha Dematra. Cewek 18 tahun yang belum lama lalu menyelesaikan ujian nasional SMA ini sudah terbiasa sendiri sejak kecil saking asiknya bikin film, menulis novel, membuat lagu, menyanyi, membaca banyak buku, dan menonton banyak film.

Saat umur 11 tahun, anak tunggal ini ditantang ayahnya, Demian Dematra, untuk membuat film. Ia terima tantangannya sepenuh hati. Film selesai, penghargaan ia tuai: sutradara paling muda sedunia, MURI yang mengakui.

Lulus Sekolah Dasar, Natasha membuat keputusan besar. Ia ingin punya waktu sendiri yang lebih banyak lagi. Bujukan temannya untuk tetap bersekolah ia tanggapi hanya dengan senyum. Natasha mantap memilih untuk home schooling saja. Benar saja, produktivitas Natasha menjadi-jadi. Ide-ide yang berseliweran di kepalanya, selalu minta diwujudkan tanpa henti.

Produktivitas Natasha membuktikan, bahwa hidup sebagai remaja urban tanpa pernah terdaftar di satu media sosial manapun, ia tetap bisa popular. Coba saja ketik nama Natasha Dematra di Google. Sementara kebanyakan dari kita terlacak Google dari tweet galau, dan foto-foto (berusaha) galau di Instagram, Natasha diceritakan Google sebagai remaja dengan sederet penghargaan. Media nasional, dan bahkan Wikipedia lah yang mengabarkannya.

Selain memilih untuk anti media sosial, Natasha juga nggak sering main. Walau punya banyak teman, ia memilih untuk sering berinteraksi lewat chat aja.

“Aku lebih suka kerja daripada main,” ujar cewek pengagum Angeline Jollie, Emma Watsonn, dan Malala Yousafzai ini.

Halaman Selanjutnya

Editor : Hai





PROMOTED CONTENT

Latest

x