Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Mengapa Kita Nggak Perlu Takut Dengan Kesendirian, dan Bagaimana Cara Membiasakannya

Rizki Ramadan - Kamis, 24 November 2016 | 06:00
Sendiri nggak semenyeramkan itu kok. Justru Perlu Kita Biasakan.
Rizki Ramadan

Sendiri nggak semenyeramkan itu kok. Justru Perlu Kita Biasakan.

Untuk menangani masalahnya itu, Carl Jung melakukan analisis diri. Dalam kesunyian, ia melamun dengan penuh kesadaran dan melakukan apa yang ia sebut “active imagination”. Ia menjelajahi memori, mimpi dan reaksi emosinya lalu mencatatnya. Setelahnya ia percaya bahwa analisis diri sangat bermanfaat, termasuk untuk di klinik

Itulah mengapa Maitland juga mengusulkan kita untuk melakukan eksplorasi lamunan (explore reverie) untuk membiasakan diri menyendiri. Melamun adalah cara baik untuk menyelami diri, mengait-kaikan memori dan pengetahuan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi. Melakukanfree writingatau menulis bebas tanpa terikat kepentingan apapun bisa menjadi medium untuk membantunya.

Terakhir, Sara juga mengusulkan untuk kita menghargai perbedaan. Ini penting, karena percuma dong kalau kita mengusung-usung eksistensi diri, tapi menganggap diri kita satu-satunya orang yang bisa melakukannya. Menghargai perbedaan adalah menyadari bahwa tiap individu juga punya daya untuk eksis sebagai dirinya sendiri. Kita—aku, kamu, dan dia—koeksis. Kita bisa sendiri-bersama.

potongan film Into The Wild
Bisa disimpulkan, nggak salah jika kita menyebut diri sebagai makhluk sosial, tapi tak benar jika kita sampai abai bahwa kita pun memiliki daya untuk mandiri; perlu mengukuhkan pendirian, idealisme, dan prinsip; serta mengoptimalkan eksistensi diri sambil tetap mengapresiasi eksistensi individu lain.

Kesendirian bukan sesuatu yang perlu diluhurkan sebagai perlawanan terhadap masyarakat kita yang terlalu menegasikannya. Kesendirian hanya perlu dibiasakan, sebagaimana kita bisa membiasakan kebersamaan.

Editor : Hai





PROMOTED CONTENT

Latest

x