Kalau lagi nggak musim nih, satu pohon cuma bisa diambil pucuk daunnya sekali selama sebulan.
Setelah dipetik dari pohon, daun lontar dijemur selama dua hari di bawah sinar matahari. Baru deh dikirim ke desa-desa binaan untuk dianyam.
Baca Juga : Du'Anyam: Kenalkan dan Lestarikan Budaya Anyaman Flores ke Dunia
Menganyam dengan pola khusus yang turun temurun
"Pertama itu daunnya disuwir dulu, terus direbus sampai airnya mendidih, dan dijemur, baru dianyam," kata Marni, salah satu kader Du'Anyam yang juga jadiliving asistant.
Yoi, jadi habis dijemur, daun lontar nggak langsung gitu aja dianyam. Perlu proses disuwir dengan ukuran khusus lalu direbus supaya awet.
Lalu dijemur lagi kering, baru deh dianyam sesuai produk. Kalau ada pewarnaan khusus, sebelumnya direbus dengan pewarna dulu, baik alami maupun sintetis.
Baca Juga : Berburu Madu Hutan Langsung dari Asalnya di Duntana, Flores Timur
Buat pewarnaan alami, para ibu-ibu di sana pakai beberapa bahan alam. Misal untuk warna cokelat pakai daun jati, kalau kuning pakai kunyit, dan lainnya. Sedangkan buat pewarna sintetis juga nggak asal, dipilih yang emang kualitasnya bagus.
Cara menganyamnya juga nggak sembarang. Ada pola tertentu yang bikin anyaman rapi dan kuat. Semua produk pun nggak pakai lem, steples, tali atau penyambung lain. Cuma butuh tulang pucuk daun lontar yang tadi udah dipisahkan untuk produk bentuk khusus. Hal ini udah jadi pelajaran turun temurun dari masyarakat terdahulu.