Follow Us

Review Aruna dan Lidahnya: Film yang Sukses Bikin Auto Lapar Penonton

Dewi Rachmanita - Minggu, 23 September 2018 | 09:01
Aruna dan Lidahnya
Instagram Palari Film

Aruna dan Lidahnya

Perbedaan pandangan antar orang di sebuah persahabatan nggak serta merta bikin musuhan. Malah, perbedaan dan hal-hal yang terkesan sepele tersebut jadi bumbu perekat hubungan antar orang. Yap, di keseharian pun gitu kan bro? Kalau ada beda ya slow aja.

Romantis dalam film ini nggak norak. Juga nggak terlalu cheesy yang menjijikan. Begitu mengalir kayak orang jatuh cinta diam-diam yang iya-iya ngga ala Bono ke Nad. Atau seperti Aruna dan Farish yang ngerasa masih ada hal yang ganjal setelah dua tahun lantaran nggak coba jujur dengan perasaan masing-masing. Ujung-ujungnya sih mereka masing-masing happy ending dengan berani jujur.

Berbagai obrolan menarik khas orang single umur 30an hadir utamanya di atas meja makan.

Mulai dari soal cinta yang bukan lagi remeh temeh, kerjaan, prinsip hidup masing-masing, dan lainnya. Lewat makanan obrolan lebih casual, kayak hidup kita selama ini. Banyak perbedaan yang akhirnya ya udah aja dan yang mempersatukan adalah makanan. Drama dan konfliknya nggak too much.

Pengemasan film ini santai. Meksipun ada beberapa perbedaan dari buku yang diadaptasinya, yakni Aruna dan Lidahnya karya Laksmi Simanjuntak, Edwin mampu memberi highlight penting yang sama. Ada beberapa scene juga yang mungkin bikin agak mikir kaitannya apa ya dengan scene lainnya.

Rupanya ini emang cara Edwin untuk mengadaptasi lebih lanjut beberapa hal yang ada di buku aslinya.

Film ini recommend untuk ditonton, apalagi buat lo yang suka makan dan ingin merenungi hubungan pertemanan. Juga untuk yang mau merasakan film beda dari anak bangsa.

Ini bukan kayak film Chef yang riang, malah ini bikin nostalgia lagu romantis lama yang agak mellow.

Makanya tonton deh mulai 27 September mendatang! (*)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest