Follow Us

Apakah Saat Jonatan Christie Disebut Bikin 'Rahim Anget' Adalah Pelecehan?

None - Rabu, 29 Agustus 2018 | 16:33
 Jonatan Christie
Kompas Nasional

Jonatan Christie

Ramainya cuitan dan tulisan terkait fisik Jojo, menimbulkan suara-suara penuh pertanyaan di media sosial. Apakah mengomentari badan si atlet adalah tindakah seksis atau bahkan melecehkan?Misalnya akun @rendyadiwilaga yang seperti tersadarkan, “ternyata objektifikasi bukan cuma milik kaum cowok terhadap cewek, cewek juga ga kalah brutal ya haha.”

Thalia bahkan merasa malu teman-teman ceweknya memuji Jojo “dengan kata-kata yang menjurus ke arah “sana”. Secara ga langsung kalian udah ngelakuin pelecehan,” tegasnya.Kepada VOA Indonesia, aktivis cewek Chika Noya menilai komentar banyak-netizen terkait fisik Jojo adalah tindakan yang “seksis, kita kurang menghargai Jojo sebagai atlet.”“Dia (Jojo) atlet. Skillnya dilatih bertahun-tahun. Harusnya skill-nya itu yang dilihat, bukan dia sebagai objek seksualitas. Dia bukan penari telanjang, bukan model yang berolah raga supaya tampak ideal, seperti yang dianggap ideal dalam lingkungan patriarki,” tutur Chika.Chika juga menambahkan, jika cewek menuntut keadilan agar nggak dinilai dan dikomentari dari fisiknya, hal yang sama juga harus diterapkan kepada laki-laki.Apa yang dikatakan Chika, senggaknya tergambar lewat komentar pemilik akun Facebook, Hubertus Cahyo Argo di bawah ini, yang telah di-share lebih dari 5.000 kali.Atau Willsen, yang di akun Twitternya bercerita, “Ada yang nulis "Rahim gw anget liat Jojo buka baju."... Andai cewek yang diomongin gini udah koar-koar pelecehan seksual blablabla sexual harrasment blablabla. Ciwik-ciwik memang lebih beringas.”

Menurut Chika, banyaknya cewek yang mencurahkan komentar mengenai badan Jojo “tanpa merasa melakukan pelecehan”, karena nilai-nilai patriarki (sistem sosial yang menempatkan lelaki sebagai pemegang kekuasaan utama) sudah dianggap wajar.

“Di lingkungan di mana kesetaraan nggak terjadi; jika cewek disiul, dicolek nggak dianggap salah, malah bisa dianggap kebanggaan karena dinilai cantik, sesuatu yang sebenarnya merendahkan tetapi karena terus-menerus dianggap biasa, jadilah hal yang wajar. Jadi, mereka (cewek) merasa biasa saja (melakukannya).”

Atau Aspirasi dan Kekaguman Belaka?Namun, nggak semua pihak sependapat dengan Chika.Misalnya Asprilla RD Admaja. Menggunakan akun Twitter-nya @filadmojo dia menulis, “fenomena “Rahim anget” sebagai aspirasi seksual, bukan pelecehan seksual. Dasarnya karena relasi kuasa. Netizen cewek nggak punya kuasa apapun terhadap Jojo, jadi nggak masuk pelecehan seksual.”

Pengamat Gender dan Seksualitas dari Universitas Indonesia, Irwan Hidayana, lewat sambungan telpon menuturkan kepada VOA Indonesia bahwa dia “belum melihat seksisme” dari komentar para warganet terkait Jojo.“Jangan-jangan bagi si Jojo (komentar-komentar) itu jadi kebanggaan dia sebagai laki-laki, punya tubuh maskulin yang (dianggap) ideal oleh konstruksi sosial-masyarakat ini,” cerita Irwan.Irwan bahkan melihat hal yang menarik dari fenomena Jojo ini, di mana cewek lebih terbuka mengekspresikan kekagumannya pada tubuh lelaki.Dalam wawancara usai salah satu laga Asian Games 2018 di salah satu stasiun TV resmi ajang itu, Indosiar, Jojo mengakui bahwa sorakan penonton saat dia membuka baju adalah semangat baginya.“Sebenarnya dari beberapa pertandingan sebelum Asian Games, ya mereka (penonton) juga berteriak saat saya buka baju. Gak tahu kenapa saat saya buka baju mereka berteriak, tetapi itu membuat motivasi saya lebih lagi,” kata Jojo.Dan bisa dilihat, senggaknya pada dua pertandingan, semifinal dan final tunggal putra badminton Asian Games 2018, Jojo langsung membuka bajunya setelah memastikan dirinya menang, diikuti tepuk tangan dan sorakan riuh penonton.Aktivis cewek Chika Noya, menganggap wajar Jojo merasa bangga.“Dia bukan cewek yang sudah diobjektifikasi dari lahir. Yang dicolek, disiulin. Dia nggak sadar jadi objek seksual, dia nggak sadar kalau sedang direndahkan.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest