Follow Us

Mengapa Pelajar Suka Menyontek Walau Tahu Perbuatannya Salah?

HAI Internship - Rabu, 25 Juli 2018 | 17:08
(Foto Ilustrasi) Pelajar SMA Menyontek Dengan Smartphone
HAI

(Foto Ilustrasi) Pelajar SMA Menyontek Dengan Smartphone

HAI-Online.com - Ketika ditanya apakah pernah mencontek, Aqila seorang siswi kelas 12 sebuah sekolah menengah atas di kota Bandung, mengakui dengan malu-malu bahwa dirinya sering melakukan hal itu.

Biasanya ketika musim ujian tengah dan akhir semester, dirinya dan beberapa teman sekelasnya bekerja sama saat mengerjakan soal ujian. Selain saat ujian, ia juga beberapa kali melakukan plagiarisme dari artikel yang ada di internet ketika membuat tugas berupa paper.

Senada dengan Aqila, Yoga juga mengakui bahwa mencontek sudah jadi kegiatan rutin yang ia lakukan saat musim ujian. Yoga yang merupakan siswa kelas 11 sekolah menengah atas di kota Tangerang berkata, bahwa dirinya lebih sering mencontek secara mandiri tanpa bekerja sama dengan teman-temannya.

Beragam hal bisa dijadikan alasan oleh para pelaku kenapa mereka memutuskan untuk mencontek.

“Aku ngerasa nggak pede jawab pertanyaannya, karena kemarin sibuk latihan buat persiapan turnamen minggu depan, jadi sama sekali enggak kepikiran untuk ngulang pelajaran yang akan diujikan besok,” ujar Hana, siswa kelas 10 sekolah menengah atas di kota Jakarta.

Selain nggak percaya terhadap kemampuan sendiri, kemudahan dalam mencontek juga jadi alasan mengapa banyak siswa yang melakukan hal ini. Seperti yang dituturkan oleh Jibran, siswa kelas 11 sekolah menengah atas di kota Bandung. Ia mengaku kalo dirinya sudah mulai menyontek sejak duduk di kelas 8 sekolah menengah pertama.

“Awalnya karena nggak sempet belajar pas mau ulangan. Terus ternyata nggak ketahuan dan nilaiku bagus terus. Akhirnya sampe sekarang di ulangan-ulangan yang susah banget ya aku nyontek aja,” jelas Jibran.

Bikin Rangkuman Materi hingga Menyiapkan Kode

Cara-cara yang dilakukan banyak murid saat mencontek saat ini sudah sangat beragam. Hal ini jadi salah satu alasan kenapa banyak aksi contek-menyontek yang nggak berhasil diketahui guru. Cara-cara tersebut mulai dari sesuatu yang sederhana dan tradisional, hingga kode-kode yang dirancang sedemikian rupa oleh para murid secara eksklusif.

Cara sederhananya, siswa bisa menyembunyikan secarik kertas kecil yang sudah ditulisi dengan kunci jawaban dari pertanyaan ujian yang dihadapi. “Aku tulis key points dari materi ujian di kertas kosong. Terus kertas itu aku lipet kecil-kecil dan aku sembunyiin. Baru abis itu aku keluarin pas ujian,” jelas Yoga.

Lain halnya dengan Yoga yang mengadopsi cara tradisional tapi mandiri dalam mencontek, Aqila menggunakan kode sederhana yang ia terapkan dalam circle pertemanannya.

“Ya kalo mau ulangan pilihan ganda, kita janjian dulu sebelumnya. Misalnya, kalo jawabannya A, kita megang kepala. B megang hidung, C megang telinga, D megang dagu. Kayak gitu aja, terus tergantung nanti bisa berubah lagi di ulangan lain,” tutur Aqila.

Menyontek Itu Salah, Tapi Menhentikannya Itu Susah

Apa yang Aqila, Yoga, Hana, dan Jibran lakukan nggak bisa dipungkiri memang sudah jadi budaya yang melekat erat di kehidupan anak sekolah. Kegiatan mencontek sudah jadi rutinitas ketika harus menghadapi berbagai ujian maupun tugas yang menuntut mereka untuk mengemukakan pendapatnya.

Coba deh kamu tonton film Bad Genius, film Thailand yang rilis pada 2017 lalu ini ngangkat fenomena contek-mencontek di kalangan pelajar sampai ke tahap yang paling epic. Lynn, seorang murid jenius di sekolah bikin sindikat bersama teman-temannya untuk memberikan contekan atau kunci jawaban ujian kuliah tingkat internasional.

Eratnya kebiasaan mencontek dengan kehidupan anak sekolah semakin diperjelas dengan temuan riset yang dilakukan oleh Don McCabe yang menunjukan betapa banyaknya siswa yang melakukan praktik mencontek. Dilansir dari theconversation.com, menurut survei yang dilakukan terhadap 24.000 siswa yang ada di 70 sekolah menengah atas, McCabe menemukan ada 64% siswa yang mengaku telah menyontek dalam ujian, 58% mengaku melakukan plagiarisme, dan 95% mengaku terlibat dalam berbagai bentuk mencontek, baik untuk ujian, plagiarisme, atau meniru pekerjaan rumah.

Temuan data ini tentu saja semakin memperkuat anggapan bahwa mencontek sudah jadi rutinitas yang dilakukan para siswa.

BACA JUGA:

Lantas, apa saja penyebab yang mendorong siswa untuk mencontek? Menurut artikel berjudul "Why do Students Cheat? Listen to This Dean's Words" yang ditulis oleh Chris Loschiavo, wakil dekan dan direktur Student Conduct and Conflict Resolution, Universitas Florida, hal ini bisa merupakan efek dari lingkungan. Karena banyak cerita sukses dari orang-orang yang curang, beberapa orang lain jadi termotivasi untuk melakukan hal yang sama demi mencapai kesuksesnnya.

Seperti yang Jibran lakukan di atas, bahwa dirinya terus mencontek karena belum pernah tertangkap melakukan hal tersebut. Banyak siswa yang merasa bahwa keuntungan yang akan mereka dapatkan dengan mencontek lebih besar daripada resiko untuk gagal. Tekanan lingkungan yang menuntut mereka untuk sukses juga menjadi faktor besar mengapa banyak siswa yang memilih jalan pintas.

“Karena orang tua sering minta nilaiku untuk selalu di atas 85 sih. Makanya kalo aku ngerasa aku kurang belajar atau kurang ngerti pas ngerjain tugas paper gitu ya mending nyontek aja atau copy paste dari internet. Soalnya nggak ketahuan dan nilaiku pasti di atas 80 terus,” ujar Hana.

Terakhir, kurang baiknya kemampuan siswa dalam manajemen waktu juga menjadi alasan mengapa mencontek jadi pilihan. Terlalu banyaknya pekerjaan rumah dan ujian, bersaing dengan kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi dalam hal prioritas siswa. Banyak siswa yang kemudian bingung, mau mengerjakan yang mana dulu.

“Aku kan aktif di kegiatan organisasi sekolah. Sering rapat juga, ditambah aku ada les di luar. Jadi seringnya males belajar pas mau ujian karena udah terlalu capek,” terang Aqila.

Penulis: Syifa Nuri Khairunnisa

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest