“Ya kalo mau ulangan pilihan ganda, kita janjian dulu sebelumnya. Misalnya, kalo jawabannya A, kita megang kepala. B megang hidung, C megang telinga, D megang dagu. Kayak gitu aja, terus tergantung nanti bisa berubah lagi di ulangan lain,” tutur Aqila.
Menyontek ItuSalah, Tapi Menhentikannya Itu Susah
Apa yang Aqila, Yoga, Hana, dan Jibran lakukannggak bisa dipungkiri memang sudah jadi budaya yang melekat erat di kehidupan anak sekolah. Kegiatan mencontek sudah jadi rutinitas ketika harus menghadapi berbagai ujian maupun tugas yang menuntut mereka untuk mengemukakan pendapatnya.
Coba deh kamu tonton film Bad Genius, film Thailand yang rilis pada 2017 lalu ini ngangkat fenomena contek-mencontek di kalangan pelajar sampai ke tahap yang paling epic. Lynn, seorang murid jenius di sekolah bikin sindikat bersama teman-temannya untuk memberikan contekan atau kunci jawaban ujian kuliah tingkat internasional.
Eratnya kebiasaan mencontek dengan kehidupan anak sekolah semakin diperjelas dengan temuan riset yang dilakukan oleh Don McCabe yang menunjukan betapa banyaknya siswa yang melakukan praktik mencontek. Dilansir dari theconversation.com, menurut survei yang dilakukan terhadap 24.000 siswa yang ada di 70 sekolah menengah atas, McCabe menemukan ada 64% siswa yang mengaku telah menyontek dalam ujian, 58% mengaku melakukan plagiarisme, dan 95% mengaku terlibat dalam berbagai bentuk mencontek, baik untuk ujian, plagiarisme, atau meniru pekerjaan rumah.
Temuan data ini tentu saja semakin memperkuat anggapan bahwa mencontek sudah jadi rutinitas yang dilakukan para siswa.
BACA JUGA:
- Bilang Ini Pada Gurumu, Kebanyakan Tugas Sekolah Itu Bikin Jiwa Nggak Sehat.
- 9 Lagu yang harus Lo Dengerin Buat Ngelupain Tugas Sekolah
- 7 Cara Nyeleneh Dalam Menyontek Saat Ujian. Jangan Ditiru!
Seperti yang Jibran lakukan di atas, bahwa dirinya terus mencontek karena belum pernah tertangkap melakukan hal tersebut. Banyak siswa yang merasa bahwa keuntungan yang akan mereka dapatkan dengan mencontek lebih besar daripada resiko untuk gagal. Tekanan lingkungan yang menuntut mereka untuk sukses juga menjadi faktor besar mengapa banyak siswa yang memilih jalan pintas.
“Karena orang tua sering minta nilaiku untuk selalu di atas 85 sih. Makanya kalo aku ngerasa aku kurang belajar atau kurang ngerti pas ngerjain tugas paper gitu ya mending nyontek aja atau copy paste dari internet. Soalnya nggak ketahuan dan nilaiku pasti di atas 80 terus,” ujar Hana.
Terakhir, kurang baiknya kemampuan siswa dalam manajemen waktu juga menjadi alasan mengapa mencontek jadi pilihan. Terlalu banyaknya pekerjaan rumah dan ujian, bersaing dengan kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi dalam hal prioritas siswa. Banyak siswa yang kemudian bingung, mau mengerjakan yang mana dulu.