Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Mengenal Sejarah Angka Nol. Ternyata Pernah Dianggap Sebagai Angka Setan

Rizki Ramadan - Selasa, 22 Mei 2018 | 17:45
Simbol angka nol
Shutterstock

Simbol angka nol

HAI-online.com - Ternyata angka nol punya sejarah panjang, lho. HAI tahu cerita ini dari Hendra Gunawan yang dikutip Kompas.com. Matematikawan Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut menyebutkan bahwa nol udah dikenal sejak tahun 1.800. Namun, nol masih berperan sebagai nilai tempat.

“Sebetulnya dari segi penulisan (angka nol) sudah ada dar i zaman Babilonia. Tapi belum pakai simbol nol menulisnya,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/5/2018). “Waktu itu memakai spasi atau titik menulisnya,” imbuhnya.

Saat itu, penulisan angka nol cuma menggunakan titik. Misalnya, 3.5 untuk menyebut 305. Dengan simbol titik, masyarakat kala itu bisa membedakan 1 dan 10, angka 10 lebih besar dari 1.

Hendra bilang, ide nol tersebut sudah dikenal tapi belum sampai mempelajarai seifatnya. Misalnya, nol sebagai unsur identitas penjumlahan misal nol tambah 10 sama dengan 10. Itu belum diketahui pasa masa Babilonia.

“Sejak abad kelima barulah ada dokumen India yang menulis tentang bilangan nol. Yang saya tahu bangsa India lebih awal mengenal nol (sebagai bilangan tersendiri),” ujar matematikawan yang Anak Bertanya ini.

Dokumen tersebut adalah Aryabhatiya. Buku itu mengulas nol sebagai bilangan tersendiri. Nol sebagai bilangan yang nilainya sama dengan penjumlahan 2 dan -2. Karena buku itu, India kerap disebut sebagai bangsa pertama yang mendefinisikan nol.

Dr George Gheverhe Joseph, seorang matematikawan, menuliskan dalam bukunya The Crest of the Peacock; Non European Roots of Mathematics, bahwa India mendefinisikan nol pada tahun 458 Masehi.

Manuskrip Bhaksali yang diperkirakan berasal dari abad ketiga atau keempat juga terlacak menyebut soal nol. Manuskrip tersebut ditemukan di ladang oleh petani pada tahun 1881. Dalam bahasa India, nol disebut sunya, berarti kosong.

Lalu, menurut Hendra, bangsa India masih terus memperbarui perkembangan bilangan nol. Ini dibuktikan dengan kemunculan buku karangan Brahmagupta pada abad ketujuh, sekitar tahun 628 masehi.

“Buku Brahmasphutasiddanta mempelejari sifat-sifat bilangan termasuk angka nol. Nol sudah jadi unsur identitas,” ujarnya.

Nol sudah dioperasikan dalam perhitungan matematika. Contoh, nol tambah 10 menghasilkan 10. Konsep nol lalu menyebar. Bangsa lain juga mulai mengenal nol sebagai bilangan.

Nol mulai populer di Baghdad pada tahun 773 masehi. Nol mewujud sebagai angka Arab, hasil adopsi dari sistem numerik India. Angka nol makin terkenal berkat matematikawan Persia, Mohammed ibn-Musa al-Khowarizmi. Khowarizmi menyarankan penggunaan lingkaran kecil untuk menggantikan ketiadaan angka di posisi puluhan.

Simbol lingkaran kecil untuk nol diadopsi dunia secara luas sekarang. Masyarakat Arab mengenal nol sebagai sifr atau kosong. Angka nol tersebut digunakan Khowrizmi untuk menciptakan teori aljabar pada abad kesembilan. Ia pun menggagas algoritma.

Angka nol mulai merambah benua Eropa sejak abad ke 13 semenjak popularitas Leonardo da Pisa. Ia menelurkan teori Fibonacci yang kemudian membantu pedagang dalam menyusun pembukuan. Sayangnya, di tanah Eropa sempat muncul tentangan soal angka nol.

Angka yang dipopulerkan Khawrizmi dianggap sebagai angka setan. Penolakan juga datang dari pemerintah Italia yang begitu anti dengan numerik asal India-Arab ini.

Para pemimpin mencurigai arti kata sifr atau kosong dalam bahasa Arab. Mereka mengira nol sebagai kode yang membahayakan negara. Pelarangan membuat para pedagang mengendap-endap dan sembunyi-sembunyi menerapkan angka nol dalam perhitungan.

Penggunaan angka nol di Eropa baru diterima secara luas dan bebas pada tahun 1600-an. Ketika itu, Cartesian Rene Descartes mempresentasikan tentang sistem koordinat dan kalkulus. Hingga sekarang, angka nol begitu berharga bagi dunia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Nol yang Sempat Disangka Angka Setan dan Peran Ilmuwan Muslim",Penulis : Shela Kusumaningtyas

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x