HAI-ONLINE.COM - Dunia mengakui bahwa rendang berasal dari Minangkabau. Lalu, bagaimana rendang menyebar dari Sumatera Barat hingga jadi makanan yang begitu akrab di lidah masyarakat Indonesia? Bahkan rendang menyebar hingga ke Negeri Jiran.
Menurut sejarawan dari Universitas Andalas, Gusti Asnan, orang Minang memiliki tradisi merantau. Beberapa dokumen sejarah, lanjutnya, menyebutkan para perantau membawa bekal makanan yang diawetkan.“Orang (sejarawan) perkirakan sebagai dendeng dan rendang ini. Diperkirakan orang-orang Minang merantau ke luar daerah persebarannya pada abad antara 16 dan 17,” jelasnya.
Ia menambahkan beberapa sumber tertulis menyebutkan bahwa persebaran orang Minang ke negara-negara tetangga yang sekarang adalah Malaysia berlangsung pada abad ke-16. “Sumber paling tua itu menyebutkan abad ke-15. Walaupun ada yang menyanggah, ketika Kesultanan Melaka berdiri, orang Minang sudah ke sana. Melaka tahun 1511 sudah ‘dihancurkan’ Portugis, jadi orang-orang Minang sudah sebelumnya ke sana,” tambahnya.
Cek: Ini Pendapat Bule yang Bikin Lagu Nasi Padang soal Rendang Crispy: 'Jurinya Harus Dipecat!'
Beberapa catatan orang Belanda, lanjutnya, juga menyebutkan bahwa orang Minang sudah lalu lalang dari Minangkabau ke Melaka. Makanan yang dibawa sebagai bekal diasumsikan adalah rendang dan dendeng.
Namun seperti diungkapkan Fadly Rahman, seorang sejarawan kuliner dalam bukunya "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia", kata “rendang” nyaris nggak disebut-sebut dalam berbagai literatur selama kurun abad ke-18.
Fadly menuturkan bahwa salah satu fungsi rendang adalah sebagai bekal makanan awetan yang dibawa dalam perjalanan jarak jauh. Fadly menyebutkan bahwa orang Minang memiliki tradisi merantau dan arus perantauan orang Minang yang berdagang ke Malaysia dan Singapura terjadi pada abad 18-19.
“Mereka selalu membawa rendang, dan makanan yang bisa diawetkan. nggak hanya daging tapi juga ikan,” ujarnya.
Lepau dan Buku Masak
Seperti dikutip dari artikel Kompas bertajuk “Warung Minang "Tambuah Ciek “ (1 September 2013), diaspora warung minang terjadi seiring migrasi besar-besaran orang Minang ke tanah rantau pada abad ke-20.
Penduduk Sumatera Barat yang tinggal di luar kampung halamannya ketika itu mencapai 211.000 orang berdasarkan data sensus 1930. Mereka menyebar di Jambi, Riau, Sumatera Timur, dan Malaysia.
Migrasi meluas pasca-kemerdekaan Indonesia hingga ke kota-kota di Jawa. Karena komunitas orang Minang bertambah banyak, muncul kebutuhan membuka warung minang.