Roberto menjelaskan, teknik yang SBH gunakan adalah penetration testing pada sebuah sistem.Waktu yang mereka butuhkan cuma 5 menit!
Penetration test merupakan sebuah metode untuk melakukan evaluasi terhadap keamanan sebuah sistem dan jaringan komputer dengan cara melakukan sebuah simulasi serangan (attack).
Roberto memberikan contohnya, "Kamu punya sistem nih, kamu wartawan Kompas. Saya akan kirim dulu ke admin nama saya Roberto. Saya punya sertifikat ethical hacker, saya mau mengadakan penetration testing, saya akan punya 3 IP yang akan saya pakai 3 IP Address anda mengizinkan atau tidak itu terserah Anda, itu yang legal."
Nah, jika admin memberikan izin, ethical hacker baru akan melakukan Penetration test dalam batas waktu tertentu.
"Lha, kalau ini kayak orang mau masuk rumah tapi nggak izin. Dia main hack saja lalu mengirimkan e-mail kepada admin sebagai pemberitahuan kalau sistemnya telah diretas dan minta uang tebusan. Ini cuma lima menit prosesnya," kata dia.
Diduga Hacker Bayaran
"Hacking yang mereka lakukan motifnya uang, asalkan ada yang bayar," kata Kanit IV Subdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Kompol Fian Yunus kepada Kompas.com, Rabu (14/3/2018).
Biasanya, tiap melakukan aksinya, SBH meminta tebusan sekitar Rp15-25juta yang dibayarkan lewat PayPal atau Bitcoin. Dalam setahun, tiap anggota SBH bisa dept Rp200 juta. Gila!
Berdasarkan keterangan para pelaku, aksi peretasan yang mereka lakukan biasanya dipesan terlebih dahulu.
(Artikel ini merupakan kurasi data dari Kompas.com)