HAI-online.com -Kejadian tragis menimpa teman-teman kita di Amerika Serikat sana. Pada Rabu 14 Februari lalu, seorang cowok 19 tahun melakukan penembakan terhadap teman-teman sekolahnya di SMA Marjory Stoneman Douglas Florida hingga menewaskan 17 orang.
Pada 2018 ini, sudah ada 18 kasus penembakan di AS.
Diketahui, sang pelaku yang bernama Nikolaus Cruz, memang kerap menunjukkan bahwa dirinya mempunyai senjata api kepada teman-teman di sekolahnya. Kasus ini semakin menunjukkan bahwa aturan kepemilikan senjata api di Amerika Serikat belum ketat.
Menanggapi hal tersebut, sejumlah pelajar dari berbagai sekolah di AS melakukan aksi unjuk rasa kepada pemerintah. Beberapa kepala sekolah mengizinkan muridnya untuk melakukan demonstrasi dan berjanji untuk tidak menghukum mereka karena telah meninggalkan kelas.
Keluar Kelas Dan Demonstrasi
Para pelajar dari Arizona sampai Maine turun ke jalan pada Rabu (21/2) kemarin. Mereka menyerukan agar pembatasan penjualan senapan AR-15 dan senjata serupa lainnya, mengingat pelaku penembakan di SMA di Florida, Nikolas Cruz (19), dapat membeli senjata tersebut.
Dilaporkan Kompas.com, ratusan murid dari sekolah-sekolah di Maryland meninggalkan kelas untuk berkumpul di Gedung Capitol, Washington DC. Ratusan lainnya keluar dari sekolah di kota-kota dari Chicago ke Pittsburgh, kemudian ke AUstin, Texas, pada jam makan siang.
Di Washington DC, aksi demonstrasi dihiasi dengan momen khusus untuk mengenang 17 orang yang terbunuh di SMA Marjory Stoneman Douglas, Parkland, Florida.
Daniel Gelillo, pelajar dari SMA Richard Montgomery di Maryland, mengatakan, para murid yang berunjuk rasa meminta anggota parlemen untuk bertindak lebih jauh dalam pengendalian senjata.
" Penembakan di Orlando, Las Vegas, dan sekarang Parkland. Orang-orang tidak bersalah tewas karena mudahnya akses kepemilikan senjata api di negara ini," katanya.
Berdiam Selama 17 Menit
Sekitar 200 murid dari SMA Dublin Scioto di Ohio juga melakukan aksi untuk mengenang korban penembakan massal di sekolah. Mereka duduk di luar dan berdiam selama 17 menit.
"Nggak ada anak yang pergi ke sekolah dan mengkhawatirkan hidup mereka," kata Daviyana Warren," kata seorang murid, Daviyana Warren (15).
Sementara itu, beberapa kelompok telah mengorganisir untuk aksi demonstrasi nasional yang akan digelar dalam beberapa pekan ke depan.
Berbaring di Depan Gedung Putih
Aksi ini dilakukan oleh pelajar pada Senin (19/02) lalu. Dilaporkan Kompas.com, saat cuaca dingin dengan rintik hujan, mereka berbaring di jalan depan Gedung Putih, Amerika Serikat.
Whitney Bowen (16) dan temannya membentuk kelompok remaja untuk reformasi senjata, mengorganisir aksi protes tersebut.
"Saya berharap ini menjadi titik balik dari semua insiden yang terjadi. Saya dan teman saya sangat terinsipirasi dari peristiwa di Parkland, Florida," katanya.
Right now: Teens for Gun Reform protesting outside of White House. Just started reading names of children killed by gun violence. #parklandpic.twitter.com/7p1gC8XVRFDemonstrasi Besar-besaran Pada 24 Maret 2018— Blayne Alexander (@ReporterBlayne) February 19, 2018
Sementara itu, murid SMA di Florida juga berencana untuk melakukan unjuk rasa besar-besara untuk menentang kekerasan dengan senjata dalam aksi bertajuk "Barisan untuk Hidup Kami" di Washington DC, pada 24 Maret 2018.
Banyak aksi protes kecil yang telah dibentuk di seluruh kota di AS.
"Kami akan beraksi di kota-kota besar, orang-orang di seluruh negara ini dapat bergabung," kata Brendan Duff, murid SMA Marjory Stoneman Douglas, Florida.
Gedung Putih menyatakan Presiden AS Donald Trump bersedia untuk mengadakan pertemuan dengan murid MA dan guru pada Rabu (21/2/2018).