Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Dengan Jiwa Punk dan Semangat DIY, Mantan Anak Jalanan Ini Kini Jadi Pengusaha Sablon Sukses!

Rizki Ramadan - Rabu, 13 Desember 2017 | 10:00
Rulli Nur Handoko (36) saat di vendor Jalurtengkorak Jalan Godean Km 5 , Sleman, Yogyakarta (KOMPAS.com / Wijaya Kusuma)
Rizki Ramadan

Rulli Nur Handoko (36) saat di vendor Jalurtengkorak Jalan Godean Km 5 , Sleman, Yogyakarta (KOMPAS.com / Wijaya Kusuma)

HAI-online.com - Sebuah pepatah "usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil" memang benar adanya. Ketekunan dan kerja keras yang dilakukan oleh Rulli Nur Handoko (36) untuk meraih impiannya mempunyai vendor kaus demi hidup yang lebih baik kini terwujud.

Namun demikian, apa yang diraih oleh Rulli Nur Handoko saat ini nggak semudah membalikkan telapak tangan.

Rulli, panggilan Rulli Nur Handoko, pernah hidup di jalanan dari tahun 2000 hingga 2008.

"Waktu kelas 3 SMA tahun 1999, saya minta motor ke orangtua tapi tidak dikasih. Sebagai pelarian, saya keluar dari sekolah dan hidup di jalanan," ujar Rulli, Senin (11/12/2017).

Selama hidup di jalanan, hari-harinya dihabiskan dengan mengamen dan tidur di emperan toko. Uang yang didapatkannya, untuk minum-minuman keras hingga melancong dari kota ke kota.

"Jarang pulang, paling tiga bulan sekali. Kalau di jalanan tidur ya di emperan toko," kisahnya.

Pada tahun 2008, Rulli mengalami kecelakaan saat melakukan perjalanan dari Yogyakarta ke Depok. Ia terjatuh dari atas truk yang ditumpanginya saat di Tol Cirebon, akibatnya lutut kanan Rulli bergeser.

(BACA:Sebenernya Punk Itu Apa Sih? Ini 5 Ideologi Dasarnya Yang Mesti Lo Tahu)

Modal Rp 60.000

Beberapa hari sepulang dari Depok, dan masih mengunakan alat bantu jalan, Rulli datang ke sebuah acara musik. Saat di acara tersebut, Rulli bertemu dengan seseorang yang baginya sudah dianggap sebagai bapak. Di situ, Rulli dinasihati oleh temannya agar jangan dulu main sebelum sembuh.

Nasihat itu ternyata mengetuk hati Rulli. Ia mulai berpikir untuk menata hidup. Namun Rulli merasa bingung mencari pekerjaan.

"Saya sudah capek hidup di jalanan, mau mencari pekerjaan tapi kan ada tatto. Saya berpikiran pasti sulit, karena tatto jaman segitu masih dianggap tabu," terangnya.

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x