Kalo ada yang bilang masa keemasan pentas seni (pensi) udah lewat, bilang doi salah besar. Mungkin doi nggak mampir ke Sky Avenue 2017, salah satu pensi termegah tahun ini (atau sepanjang sejarah?). Karena pensi, sekarang justru lebih mewah, canggih, dan modern.
Kalo melihat kerennya pensi zaman sekarang, mungkin nggak bakal kepikiran kalo cikal bakal pensi itu dari maraknya tawuran.
Yap, HAI jadi saksinya. Dari banyak peristiwa seputar dunia remaja yang telah direkam HAI sepanjang masa, ada satu insiden kelam yang tak pernah terlupakan.
Ya, kejadian tawuran yang mencekam. Terutama era 1980-an dimana menjadi periode maraknya perkelahian massal antar pelajar di Jakarta.
Kala itu, banyak pihak yang mencoba mencari solusi untuk meredamnya. Salah-satunya dengan menyibukan diri di sekolah.
Nah, murid-murid SMA Pangudi Luhur Jakarta kemudian tampil dengan terobosan kegiatan menarik.
Acara bertajuk PL Fair lahir menjadi nafas baru dalam menyalurkan gairah muda. Lewat pameran, bazaar serta tontonan murah meriah yang menyuguhkan hiburan group musik dan kelompok tari dari 11 sekolah berbeda.
Yoris Sebastian –dikenal sebagai konsultan ide kreatif- pernah ikutan menjadi panitianya.
Pihak sekolah sempat meragukan manfaat acara tersebut. Namun, seiring berjalan malah makin banyak sekolah yang membuat gelaran sama.
Awalnya, PL Fair nggak pernah disebut pensi. Yang memberi istilah ‘pensi’ adalah HAI yang kerap menulis istilah tersebut dalam setiap pemberitaan tentang ajang showcase pelajar itu.
Dari situ mulailah acara sekolah memakai istilah pensi yang pada saat sama dikenal juga event ‘Pesta Pelajar’. Bedanya, selain menjadi wadah pelajar berkegiatan positif, Pesta Pelajar diadakan sebagai tempat melatih pelajar berorganisasi dari beberapa sekolah.
HAI menjadi koordinatornya dengan format acara musik yang mendatangkan band-band besar seperti GIGI.