Sementara di industri pun para perusahaan sudah mengumumkan produksi kembali bahan-bahan fotografi film. Di ajang pameran teknologi yang cukup bergengsi, Consumer Electronics Show (CES) 2017 ini misalnya. Sementara para perusahaan teknologi dunia mengumumkan kecanggihan produk-produk barunya, Kodak Aliris, perusahaan yang mengakuisisi lini film Kodak, mengumumkan kembalinya produk yang sebenernya sudah mereka umumkan mati pada 2012 lalu.
Ya, produk itu adalah film Kodak Ektachrome. Salah satu film yang memang banyak disukai itu—bahkan penyanyi Amerika Paul Simon bikin lagu berjudul Ektachrome di 1973–akhirnya bangkit dari kubur.
“Penjualan film profesional kami meningkat terus dalam dua-tiga tahun ini,” kata Dennis Olbrich, presiden Kodak Alaris divisi kertas cetak, film dan bahan kimia foto, kepada TIME.
Fujifilm pun kini makin gencar memasarkan kamera instannya, Fuji Instax. Jenis kertas cetak yang lebih beragam kini bisa mudah kita temui. Yang terbaru adalah kertas cetak dengan warna hitam putih.
“Ini adalah pasar yang besar bagi kami,” kata Manny Almeida, presiden Fujifilm divisi imaging Amerika Utara. Tahun kemarin, Fujifilm mengaku sudah menjual 6,5 juta kamera instan, meningkat 3,9 juta dari penjualan tahun 2014.
“Kami sudah melakukan riset untuk memahami bagaimana kesan konsumen terhadap produk kami, perilakunya dan bagaimana mereka membelinya,” kata Almeida, “Banyak pembeli yang mengindikasikan bahwa mereka nggak melihat Fuji Instax sebagai fotografi, melainkan sebagai sesuatu yang fun, santai. Ini adalah komunikasi sosial.”
Memotret dengan kamera jadul nggak bisa buru-buru dianggap sebagai aksi melawan zaman. Keseruan pengalaman memotret yang butuh kesabaran dan perhitungan lalu mendapat foto penuh kejutan dengan estetika warnanya yang khas, nggak akan bisa tergantikan.