VoB terbentuk saat mereka masih di Mts (setingkat SMP), tahun 2014. Saat itu mereka ini emang tergolong anak yang rebel. Pemberontak sama guru-gurunya gitulah. Sering bermasalah. Misalnya, mereka sering bertanya “Kenapa murid harus masuk sekolah terus tapi guru aja boleh nggak rutin.”
Dulu saya guru konseling mereka. Temen-temen saya sesama guru sering ngadu ke saya. Saya coba nasihati mereka, tapi nggak mempan. Akhirnya saya arahin ke musik. Biar jiwa rebelnya itu terlampiaskan lewat musik.
Kami semua mulainya dari nol. Tantangannya cukup berat, sih, karena banyak kalangan di sini yang masih menganggap musik itu haram. Mereka sampe kabur dari rumah untuk latihan karena nggak diijinin. Baru di tahun 2016 akhirnya dibolehin sama ortu. jadi lebih enak.
- Saat terbentuk itu mereka memang sudah bisa bermusik?
Mereka saat itu nggak tau bahkan bentuk gitar kayak gimana. Awalnya, kami belajar menggunakan gitar kopong yang ada di sekolah. Gitar itu rusak, tapi saya perbaiki. Terus, ada drum bekas marching band. Nggak apa-apalah yang penting keluar suara. Terus ada satu gitar akustik lagu untuk dijadikan bass. Setelah itu kami baru mulai nyicil beli alat.
- Lalu perkenalan mereka dengan musik funk dan musik cadas gimana?
Dulu saya memang suka metal. Nah, di Mt situ ada pelajaran menulis, kan, mereka suka pinjem laptop saya. Di laptop itu ada lagu-lagu saya, System Of a Down, dll. Nah, mereka pada suka.
- Abah dulu sempat ngeband juga?
Iya dulu saya sempat nge-band tapi nggak dilanjutkan. Jadi energinya saya limpahkan saja ke anak-anak ini. Kami pun sekarang ngulik musiknya bareng-bareng.
- Kenalkan dong siapa saja para anggotanya?
Awalnya kami bertujuh. Tapi sekarang jadi bertiga. Firda Kurnia di gitar, Widi Rahmawati sebagai basis, dan Euis Siti sang Drumer.
Si Firda itu guru ngaji, lho. Dan sekarang masih suka ikut pengajian sama ibu-ibu di sini.