Pernah nggak, sih, kita naik motor malam-malam terus kena razia polisi? Atau pernah nggak, sih, lo ngerasa lo diteken buat he-eh he-eh aja waktu ditilang, tapi ada pengendara lain yang mungkin juga ngelanggar peraturan, tapi nggak ditindak apa-apa karena berani main “aman”?
Yap, semua kegelisahan dan pertanyaan tadi pasti pernah kita rasain atau seenggaknya, orang terdekat kita alamin. Dan hal itu yang sejatinya dituangkan sama Uncle Head Films ke dalam sebuah wujud film pendek berjudul Fantastic Nite.
Dari judulnya, sih, film ini seolah-olah pengen nampilin kisah acara-acara keren macam late night party, atau malah nampilin sebuah cerita tentang malam yang benar-benar fantastis dan…berkesan. Tapi isi dari film ini ternyata lebih dari itu. Film ini justru ngebawa dan ngewakilin perasaan sang sutradara, yang mungkin sering dialami juga oleh para pengendara atau “pemain” jalanan lainnya.
Film ini diawali oleh seorang cewek yang lagi berkendara di malam hari. Sama sekali nggak disangka-sangka sama cewek ini, di daerah tempat dia lewat telah berjaga-jaga tiga orang polisi swasta yang siap ngerazia. Sialnya, cewek ini nggak bisa nunjukin kelengkapan surat-surat. SIM C sih ada. Tapi STNK-nya entah ke mana. Alhasil, polisi swasta itu berkeras untuk menahan kendaraan si cewek dan menilangnya.
Si cewek tentu nggak mau, dan seolah ngotot sama si polisi untuk memberikan alasan yang jelas kenapa motornya harus ditahan. Selama perdebatan yang memakan waktu itu, di saat bersamaan, dua dari tiga polisi yang berjaga di sana justru terlihat “ngebebasin” dua orang pengendara lain yang kebetulan lewat dan jelas-jelas ngelanggar peraturan. Lantas di sini, ada satu pesan tersirat yang bisa kita tangkap, bahwa film ini pengen mempertanyakan, di mana keadilan dan kejelasan?
Film yang berdurasi nggak lebih dari dua belas menit ini kiranya pengen ngajak kita buat sama-sama mikir dan berefleksi, plus ngajak kita buat berani menuntut sesuatu yang nggak jelas dan nggak punya dasar. Selayaknya film pendek yang pasti disajikan dalam durasi amat singkat, film ini cukup “padat” dan jauh dari kata mewah atau bahkan fantastis. Ia hanya ditutup oleh satu lantunan dari Dried Cassava, yang mengiringi akhir kisah dengan format slow motion.
Latarnya hanya mengambil sebuah sudut kota Tangerang di malam hari, pemerannya hanya berjumlah kurang lebih 7 orang, dan ceritanya pun hanya berfokus pada permasalahan tilang-menilang dan seorang warga masyarakat yang menolak untuk diperlakukan dengan tidak adil.
Well, sebagai rumah produksi film pendek, Uncle Head juga pernah menyajikan film lain yang juga sarat makna. Salah satunya adalah Haryo, di mana di film itu, tokoh utamanya adalah seorang lelaki yang diceritakan sangat menderita karena haus. Bahkan, doi sampe harus meminum air keran hanya karena teman-teman sekosannya enggan buat ngasih air minum yang mereka simpan.
Zidny Nafian selaku sutradara dan penggagas Uncle Head emang sangat mengutamakan konten dalam membuat dan menyutradarai film yang ditulisnya. Ia nggak akan segan-segan mewujudkan sesuatu yang menjadi kegelisahannya, termasuk apa yang doi tampilkan lewat Fantastic Nite.
Film ini tayang perdana di hai-online.com dan udah bisa disaksikan sejak hari Rabu, 8 Maret 2017. Kuy, ditonton!