Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Pramoedya Ananta Toer Masih Hidup?

- Senin, 06 Februari 2017 | 08:45
Pramoedya Ananta Toer Masih Hidup?
Hai Online

Pramoedya Ananta Toer Masih Hidup?

Mungkin kamu tahu kalo Bumi Manusia (1980), Jejak Langkah (1985) dan Rumah Kaca (1988) adalah sebagian kecil dari karya-karya sastrawan bernama Pramoedya Ananta Toer atau akrab disapa Pram. Kita bakal memanggilnya Pak Pram.

Kalo hari ini ada yang ngebuka halaman utama mesin pencari Google, kamu pun bakal bisa ngeliat ada ilustrasi seorang pria berambut putih, berkacamata, dan berkaus levar. Pria itu digambarkan sedang mengetik di mesin tik manual.

Pria itu adalah Pramoedya Ananta Toer yang dilahirkan pada hari ini (6 Februari) pada tahun 1925 silam. Kalo pun ada yang lagi buka Twitter, hari ini pun namanya masih jaid trending utama di Indonesia. Begitu juga dengan Google Doodle yang hari ini membuat sebuah perayaan ulang tahun ke-92 baginya.

Pak Pram di Google Doodle
Kita nggak nyangka 11 tahun lalu, sastrawan ini telah tutup usia akibat komplikasi diabetes serta penyakit jantungnya, tepat pada 31 April 2006 lalu. Meski begitu, kita ngerasa kalo Pramoedya Ananta Toer masih hidup. Ya, mungkin saja, karya-karya masih dibaca teman-teman. Bahkan kabarnya, beberapa bukunya akan difilmkan.

Buat yang belom mengenal dkat siapa Pak Pram ini, HAI mengutip kishanya dari Kompas.com. Tentang siapa Pak Pram selagi muda dan semasa hidupnya, tentang buku-bukunya dan juga pemikirannya.

Jadi, Pak Pram, demikian kita akan menyapanya, telahmenulis berbagai novel, cerita, jurnal, dan kronik sejarah. Dia kerap mengkritik pemerintah melalui karya-karyanya, sehingga kerap bersinggungan dengan penguasa di masanya.

Pemerintah Belanda, di masa masih menjajah Indonesia, pernah beberapa kali memenjarakan Pak Pram. Rezim Soekarno pun nggak akur dengannya. Begitu pula rezim Soeharto yang menyensor berbagai tulisannya, menudingnya sebagai komunislah, hingga memenjarakannya di Pulau Buru selama 30 tahun.

Nulis buku di penjara

Nah, di antara banyak karya tulis Pak Pram, satu yang paling terkenal, bahkan hingga ke mancanegara, adalah Tetralogi Buru. Yap, karya ini dituklisnya saat ia mendekam di dalam penjara yang lokasinya di Timur Indonesia.

Pak Pram ngetik di Buru
Tetralogi Burunya sendiri merupakan novel yang terdiri dari empat judul, yakni Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Ceritanya berkutat pada kehidupan Minke, nama lain dari Raden Mas Tirto Adhi Soerjo, yang dianggap sebagai tokoh pers dan kebangkitan nasional Indonesia.

Seperti yang udah Hai singgung, proses penulisan buku-buku itu menyisakan sebuah cerita yang menarik. Pasalnya, Pak Pram menulis Tetralogi Buru semasa dia ditahan dan diasingkan di Pulau Buru, Maluku. Bahkan, kala itu ia sama sekali nggak diberi akses untuk mendapatkan pena, kertas atau alat tulis lain. Namun bukan Pak Pram namanya kalo harus ngalah di keterbatasan.

Ngoceh ke temen-temen

Dari itu, semasa pembatasan akses tersebut, ternyata Pram nyeritain garis besar naskah Tetralogi Buru secara lisan pada kawan-kawannya sesama tahanan. Detil-detil Tetralogi Buru baru ditulis oleh Pram saat dia diperbolehkan menulis di tahanan dan mendapatkan akses alat tulis. Saat itu, Pramoedya merupakan satu-satunya tahanan yang mendapat pinjaman mesin tulis.

Barulah pada 1979,Pramoedya Ananta Toer dibebaskan dari tahanan dan dinyatakan tidak bersalah serta tidak terlibat Gerakan 30 September (G-30-S/PKI). Kasihan ya!

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x