Statusnya sebagai ketua cheerleader di sekolahnya, ternyata seimbang dengan ketenarannya dengan status lainnya: "anak yang bisa melihat". Yap, cewek satu ini ngaku bisa melihat hantu!
Kini, ia sudah terbiasa dengan penampakan gadis di toilet lantai dasar yang biasa mendekam di bilik paling ujung, ia juga sudah bertatap muka dengan gadis penunggu lab kimia yang menurutnya memiliki muka hancur. Setelah setahun penglihatannya ‘dibuka’, Zahrah juga sudah bisa membedakan mana yang manusia, mana mereka yang hanya arwah berwujud manusia dan tak jarang memakai seragam sekolah. Bunyi-bunyi alat musik dimainkan dari ruang alat marching band pun sudah nggak mengagetkan lagi baginya.
“Mau gimana lagi, sekarang sudah terbiasa juga. Sudah sempat ke paranormal untuk ditutup, tapi katanya, susah. Nanti akan ada saatnya tertutup lagi,” cerita Zahra, cewek mungil berkacamata ini, saat masih berstatus siswa kelas XII sebuah sekolah negeri di bilangan Salemba, Jakarta Pusat. Bulan depannya, ia berencana mendatangi paranormal lagi, untuk mencoba menutup pandangannya itu.
Terbukanya penglihatan Zahra terhadap dunia gaib dimulai 2014 lalu, tepatnya saat ia mengikuti ajang Abang-None Jakarta di hotel Grand Cempaka, Jakarta. Saat menuju ke lantai 14, tempat kamarnya berada, ia memilih lewat tangga darurat. Saat itu adalah pukul 12 malam. Ada teman yang tiba-tiba mengagetkannya.
“Aku teriak kenceng saking kagetnya. Walau sebelumnya nggak percaya sama setan, saat itu aku kaget sejadi-jadinya.”
Nggak cuma ulah iseng temannya yang membuatnya kaget, ternyata, melainkan juga penampakan makhluk besar bergigi panjang, bermuka merah dan berkulit gelap di depan matanya. Makhluk itu pun selalu muncul menganggunya hari itu, bahkan hingga ajang grand final Abang-none berlangsung.
Sebulan pertama penglihatannya ‘dibuka’, Zahra selalu gelisah. Ternyata di tiap langkahnya di sekolah, ia melihat makhluk halus, “sebulan itu aku jadi jarang ngomong, bahkan jarang masuk sekolah.”
Kini, ia sudah bisa menganggap enteng tiap pertemuannya dengan makhluk gaib. Bahkan, ia kerap menceritakan pengalamannya ke teman sekolahnya. Termasuk kejadian sesosok diduga kuntilanak yang terbang melayang dari arah bangunan apartemen di sebelah sekolahnya menuju sekolah.
Nggak cuma itu, karena ‘mereka’ sudah tau kemampuannya, Zahra kerap dijadikan perantara. Ia sering kerasukan. Kejadian saat Bazkom salah satunya. Dan, nggak cuma tubuhnya yang ‘dipinjam’ melainkan juga gadgetnya. “Pernah, saat hape aku tinggal ngecas, ada teman yang nelpon, nah dia mendengar suara orang minta tolong gitu. Setelahnya, temen aku yang lain nerima chat ke LINE bahasa yang aneh gitu. Kayak tulisan buru-buru asal pencet. Padahal hapenya nggak aku pegang,” ceritanya.