Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Pesantren Sarang Penulis

Rizki Ramadan - Rabu, 12 Oktober 2016 | 03:30
Ekskul Sastra Pesantren MAS Arissalah
Rizki Ramadan

Ekskul Sastra Pesantren MAS Arissalah

Perguruan Islam Arrisalah, sekolah pesantren di Padang, punya ekskul yang menelurkan banyak karya tulis kece. Ekskul itu adalah Sanggar Sastra Arrisalah (SSAR). SSAR adalah kelompok ekskul menulis kreatif siswa, baik SMP maupun MA. Ekskul ini mulai aktif sejak tahun 2011. Awalnya bernama “Nur Q Community”, namun sejak 2013 disederhanakan menjadi SSAR.

Kegiatan sanggar adalah pelatihan menulis mingguan, yang lebih ditekankan pada penulisan karya sastra berupa prosa (cerpen dan novel) dan puisi, meskipun juga ada materi nonfoksi seperti esai, artikel, dan biografi.

“Sanggar sastra di Arrisalah bikin gue bisa berkarya lebih. Sekarang gue udah jadi crew di koran Singgalang,” Komentar Naufal, sebagai salah satu anggota SSAR

Anggota SSAR ada sekitar 50-an. Sanggar dilaksanakan sekali seminggu, pada Sabtu sore pukul 16:30-18:00 antara di ruang kelas, gazebo, saung, atau alam sekitar, pokoknya tempat yang membuat otak lebih rileks dalam merangkai kata-perkata. Biasanya ada pemberian materi seputar kepenulisan, bedah karya sastra, dan latihan menulis yang disertai dengan diskusi oleh pembina SSAR, Ade Efdira, S.S.

Pembina yang memiliki nama pena Ragdi F. Daye ini telah menerbitkan buku kumpulan cerpennya yaitu Perempuan Bawang dan Lelaki Kayu, tulisan beliau sering masuk ke koran lokal maupun nasional.

“Bakat yang diasah sekarang akan terasa ketajaman dan manfaatnya pada waktu kelak, demikianlah belajar menulis di SSAR. Bukan menjadi penulis melainkan intelektual yang cerdas dalam menyampaikan gagasan melalui kata-kata,” sambut Ustadz Adef, pembina SSAR.

Hingga akhir tahun 2015, SSAR telah menerbitkan 4 buah buku antologi kumpulan cerpen maupun puisi karya peserta sanggar. Buku pertama berjudul Sebuah Janji Allen Fleera (2013). Yang disusul oleh buku The Day When You When Away (2014), Cukuplah Kau Yang Dikirimkan Untukku (2014), dan Yang Tak Terhapus Waktu (2015).

Rencanya akan ada satu buku lagi yang akan diterbitkan di tahun ini, yaitu antologi cerpen yang saling sambung-menyambung, dari satu cerpen maka cerita akan disambung oleh penulis lain hingga menjadi buku yang sempurna. Buku-buku antologi tersebut diterbitkan secara indie dan dana patungan peserta ekskul.

Selain menerbitkan buku, anak-anak SSAR juga berhasil dalam kompetisi penulisan karya sastra, juga mempublikasikan karya mereka di media massa (koran dan majalah) baik lokal maupun nasional, bahkan ada yang menjadi reporter di koran lokal maupun majalah, seperti koran Singgalang dan majalah HAI.

Bukan nggak mungkin, nantinya, the next Andrea Hirata, A.A Fuadi, Pidi Baiq, Sabda Armandio, atau Eka Kurniawan muncul dari ekskul ini.

Reporter: Fadil Marwan - MAS Arissalah Padang

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x