Bukannya Bisa Menyelesaikan, Kebanyakan Pelajar Malah Ngerasa Dikerjain PR Sekolah.

Usut punya usut, si Akmal ini biasanya dapet tugas tiga sampe tujuh tugas sehari dengan deadline pengumpulan tiap pertemuan tatap muka sama pelajaran itu sendiri. Soal rekor, cowok yang satu ini punya rekor tugas terbanyak yang lebih dari temen kita sebelumnya, "Kalo jangka waktu seminggu sih, kalau soal jumlah, pernah dapet 15 tugas lebih dalam seminggu." Aduh! Bacanya aja udah bikin ngilu, gimana ngerjainnya.

"Kebanyakan, sih, ngerjain sendiri. Ya sesempetnya aja. Kalo waktu (pengerjaan) ya nggak tentu, paling lama sebulan buat tugas kesenian. Paling cepet setengah jam,” jelas Akmal.

Makin Ke Sini PR Sekolah Makin Susah. Setuju nggak?

Tugas, tuh, bukan cuma masalah jumlah aja. Tetapi juga bobotnya. Nyatanya, sekarang ini tugas sekolah makin naik levelnya. Apalagi sejak Kurikulum 2013 diterapkan.

”Sekarang tugas matematika aja disuruh bikin presentasi. Udah gitu, gurunya suka minta di-upload ke YouTube. Emangnya kuota internet kami banyak?”kata David Vincensius dari SMAN 65 Jakarta. Ya, tugas sekolah sekarang tuh emang nggak jauh sama presentasi, praktikum, dan bikin laporan.

Sher dari SMA Pembangunan Jaya Tangerang Selatan juga cerita kalau tugas Pendidikan Kewarganegaraa (PKn)-nya menantang banget. Gimana, nggak. Sang guru, suka meminta muridnya baca buku-buku yang berat isinya.

Di awal semester tahun lalu saja, Pak Ferry, sang guru bukannya membekali murid dengan buku paket biasa saja, ia malah meminta siswa membaca buku Bukan 350 Tahun Dijajah karya G.J Resink. Setelah menjelaskan fakta-fakta sejarah dari buku tersebut, Pak Ferry langsung meminta muridnya mengeluarkan kertas folio bergaris. “Kami disuruh nulis satu halaman penuh, tanpa spasi, tentang ulasannya,” kata Sher.

Mata pelajaran eksak kayak fisika juga nggak pernah berhenti mengisap jiwa raga dengan tugas-tugasnya. Vio dari SMAN 65 Jakarta cerita. Di sekolahnya, tiap selesai bahasan satu bab. Tiap murid dihadiahkan tugas mengerjakan soal latihan. “Jumlahnya bisa 30-60 nomor!” katanya kepada HAI sambil melotot.

Balik lagi ke Akmal. Menurut doi keberadaan tugas, tuh, nggak menekan, kok. Asalkan semuanya terjadwal. Bahkan, asalkan masih relevan terhadap proses pembelajaran, dan memajukan pola pikir, tugas tuh nggak masalah.

"Selama siswa dengan tugas mampu di didik menjadi kompeten, kadar kuantitas tugas bisa di sesuaiin sama kemampuan siswa dan bukan yang bener rajin doang yang ngerjain, penambahan tugas bolehlah," tegas Akmal.

Eits. smash kencang untuk pak Guru, nih. Sorry not sorry, ya, Pak!