Follow Us

Cerita Bersambung HAI: Menembus Langit Ep 1

- Rabu, 21 September 2016 | 12:00
Melukis Delusi
Hai Online

Melukis Delusi

Namun, bukankah Unicorn hanya mau mendekat dengan wanita suci saja? Sementara aku ini bukan gadis perawan. Aku adalah lelaki tulen yang berwajah rupawan, seorang remaja yang sedang beranjak dewasa. Ah, mungkin saja kali ini Unicorn sedang memakluminya. Karena aku yakin di tengah hutan sepi ini mustahil ada seorang wanita suci.

Barangkali juga, untuk saat ini ia ingin bercengkrama denganku. Pasalnya tak ada manusia lain selain diriku. Lagi pula, aku sama sekali tak ada niat jahat untuk melukai kuda putih bersih yang berkarakter itu.

Kini, aku saling berhadapan. Saling menatap rupa. Tak ada suara diantara keduanya. Tak ada kata yang terujar dari mulutku dan tak ada pula ringikan dari gigi-gigi Unicorn. Aku terkagum dengan binatang yang seumur hidupku tak pernah bertemu. Aku hanya tahu dari dongeng yang pernah dikisahkan oleh guruku. Pun dengan Unicorn dihadapanku. Pastinya ia heran melihat wajah asingku. Masih dalam tatapan bisu, kami berdua saling mencari tahu. Dalam keheningan itu aku merasakan ada sebuah dialog yang tengah berlangsung. Kami seperti sedang berbicara dalam diam, bertukar cerita dalam sunyi.

Perlahan, aku dan Unicorn melihat langit. Perubahannya begitu cepat. Setahuku belum lama sinar matahari menerobos pohon-pohon pinus. Kini langit berubah hitam dibarengi kemunculan bulan, malam tiba dengan cepat. Pohon-pohon Pinus mengalah dengan kehadiran cahaya di langit hingga aku bisa melihatnya. Ya, di atas ada banyak cahaya yang berkedap-kedip. Kedipan cahaya satu dan lainnya silih berganti dalam hitungan detik. Bak layar lebar yang menyuguhkan gambar-gambar luar biasa. Bintang-bintang itu bergerak, berkumpul membentuk seperti Menara Eiffel. Kemudian berubah lagi menyerupai Pyramid, Taj Mahal dan Ka’bah. Pemandangan luar biasa yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Takjub dan sukses membuatku menganga.

Semakin terpukau. Ini adalah pemandangan benda-benda langit yang sedang berdansa. Kepalaku tak bergerak, tetap menengadah ke angkasa. Terkesima melihat bintang-bintang yang kompak saling bekerjasama. Membuat pola gambar-gambar yang menarik dan menampilkan sebuah permaianan cahaya indah nan megah. Menghiburku dalam keheningan, mengerti apa yang ada di dalam pikiran dan keinginanku.

Semilir angin mulai berkelebat, dingin mulai terasa menusuk tubuh. Dan, bintang-bintang itu mulai bergerak dan terus bergerak lagi. Kali ini pergerakannya tidak beraturan, malah semakin cepat dari sebelumnya. Hingga pada akhirnya kumpulan bintang tadi berubah menjadi sosok kuda bercula satu. Kaget, akupun segera mengalihkan pandangan. Unicornku menghilang. Pohon-pohon pinus mendadak merunduk semua. Sinar rembulan meredup. Cahaya langit sontak menghilang. Kini, yang ada hanya kegelapan. Mataku seperti buta, tak bisa melihat apa-apa lagi. Kemana aku harus melangkah. ? Aku bersandar saja pada bongkahan batu tadi. Duduk bersila, menunggu keajaiban yang akan terjadi.

Dalam keadaan hitam pekat aku mendengar suara melengking dari kejauhan. Derit roda besi kereta uap yang masuk ke Stasiun Kereta Serang telah membangunkanku dari peraduan. (Oleh : Edi Dimyati)

Bersambung ke Ep 2 #CerbungHAI

*NB: Kasih komen dong di kolom komentar tentang cerita ini, terus kalo teman-teman ada yang bisa membuat atau punya cerita bagus boleh, loh, di kirim ke dosirweis@hai-online.com buat HAI tampilkan di HOL. Thank You :)

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest