Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Ulasan Album "Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti" Banda Neira

Rizki Ramadan - Jumat, 02 September 2016 | 06:00
Banda Neira
Rizki Ramadan

Banda Neira

Banda Neira, duofolk-pop yang awalnya dikenal melalui jejaring soundcloud, pada awal tahun ini (2016) merilis album kedua mereka, Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti setelah sebelumnya merilis Di Paruh Waktu - EP (2012) dan album pertama mereka, Berjalan Lebih Jauh (2013).

Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti berisi lima belas lagu folk bernuansa meditatif dan megah, sangat cocok untuk menjadi peneman di jalur pendakian gunung, saat berpelesir ke pantai terpencil, atau sekedar ngopi santai di beranda rumah saat sore hari.

Berbeda dari lagu-lagu pada Berjalan Lebih Jauh yang kebanyakan terdengar riang, suasana yang ditawarkan lagu-lagu pada album ini didominasi oleh kesan sendu dan kontemplatif. Perbedaan yang paling mencolok antara Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti dengan karya-karya Banda Neira sebelumnya adalah materi musik yang disuguhkan pada album ini lebih ramai dan matang. Seperti instrumentasi yang beragam (dawai, piano, suara-suara astral), lalu teknik vokal yang digunakan baik oleh Nanda maupun Rara lebih berkembang dan variatif dibanding album sebelumnya. Juga, album yang menggandeng Deny Surya (drummer Dialog Dini Hari) sebagai peramu rekam ini secara teknis terdengar oke banget. Dari segi lirik, dapat pula dikatakan lirik-lirik lagu di album ini memberi pesan yang lebih kompleks.

Di samping itu semua, yang membuat album ini makin asik adalah bahwa terdapat banyak musisi yang turut berkolaborasi bersama Banda Neira dalam penggarapannya, seperti Gardika Gigih, Deny Surya, Layur, Jeremia Kimosabe, Dwi Ari Ramlan, Frau, serta Suta Suma.

Mungkin yang gak berubah adalah Banda Neira memberi alur yang monoton pada lagu-lagunya di album ini. Namun, bukan berarti mereka membosankan,kembali lagi pada ciri khas magis Banda Neira yang tetap mampu menggugah pendengarnya dengan alur musik yang “itu-itu saja”.

Di antara lima belas lagu tersebut, lagu-lagu yang menurut gue jadi "jagoan" pada album ini adalah Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti, Sampai Jadi Debu, dan Langit dan Laut. Kita dapat merasakan sublimasi aransemen oleh Gardika Gigih pada Sampai Jadi Debu maupun Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti.

Lalu, seperti halnya lagu Mawar dan Rindu yang menawarkan tema politik di album Berjalan Lebih Jauh, album ini pula memberi pesan politis melalui lagu Tini dan Yanti. Syair Tini dan Yanti ditulis Ida Bagus Santosa, salah satu dari banyak korban intrik politik elit yang dituduh sebagai simpatisan PKI pada masa huru-hara 1995-1966. Tak ketinggalan, konsistensi Banda Neira dalam memusikalisasi puisi juga terdengar pada album ini melalui Derai-derai Cemara (1949).

Yang paling gue suka, beberapa lagu merupakan hasil tangan Rara Sekar sendiri, baik lirik maupun aransemen, seperti padaBunga danRe: Langit dan Laut. Kita juga bisa mendengar suara neofolk Ananda Badudu mengalun sepanjang lagu Utarakan.

Singkatnya, melalui Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti kita dapat menyaksikan kedewasaan dan totalitas Banda Neira dalam bermusik. Bagi yang mengaku pecinta Banda Neira, jangan lupa beli dan jangan download bajakan, ya! Haha.

Musisi: Banda Neira

Genre: Folk

Cocok untuk penggemar: KingsofConvenience, Bon Iver, Dialog Dini Hari

oleh:

Widya Salsabila - SMAN 3 Depok

ditulis sebagai bagian dari program 7 Hari Bercerita bersama HAI School Crew, komunitas wartawan SMA majalah HAI.

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x