Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Muhammad Ali, Pejuang Kemanusiaan Yang Pernah Traktir Ratusan Warga Jakarta

Alvin Bahar - Kamis, 09 Juni 2016 | 05:45
Muhammad Ali
Alvin Bahar

Muhammad Ali

Ketika Muhammad Ali, meninggal di usia 74 tahun, Jumat (3/6), banyak sosok yang merasa kehilangan banget dan kagum dengan jasanya. Presiden AS periode 1993-2001 Bill Clinton, seperti dikutip theguardian.com, menyatakan sangat terhormat bisa mengalungkan penghargaan kepada Ali di Gedung Putih. Medali itu diterima Ali pada 8 Januari 2001 karena ia dianggap sebagai petinju yang melampaui batas. Bukan hanya atlet, melainkan juga pejuang hak-hak sipil dan pejuang kemanusiaan.

"Sepanjang perjalanan kita melihat dia sangat berani saat di atas ring dan menginspirasi kaum muda. Dia juga memiliki belas kasih kepada siapa saja yang membutuhkan. Ali mengatasi segala keterbatasan fisiknya dengan kekuatan hati dan humor," kata Clinton.

George Foreman, yang pernah menghadapi Ali di pertandingan legendaris tahun 1974, mengungkapkan rasa kehilangannya. "Bagian dari diri saya telah hilang," kata Foreman kepada BBC. "Muhammad Ali adalah satu manusia hebat yang pernah saya temui," tulis Foreman di akun Twitter-nya.

Baca Juga: Petinju Muhammad Ali Meninggal Dunia di Usia 74 Tahun

Terinspirasi pejuang HAM

Usut punya usut, Muhammad Ali ternyata terinspirasi oleh pejuang HAM sekaligus tokoh Muslim Afrika-AS, Malcolm X. Ali pun terus bertarung memperjuangkan hak-hak warga sipil, terutama warga kulit hitam di AS. Pada 1960-1970-an, warga kulit hitam dianggap warga kelas dua sehingga sering diperlakukan nggak adil, bahkan secara rasial.

Bahkan, pada suatu kejadian, ayah petinju wanita Laila Ali itu marah karena pelayan menolak melayaninya saat ia memesan minuman di restoran. Hal itu pula yang membuat Ali membuang medali emas Olimpiade 1960-nya ke sungai. Ia merasa kecewa karena telah berjuang mengharumkan negara, tetapi nggak diperlakukan secara adil.

Ali pun dikenal sebagai sosok yang menentang serangan AS ke Vietnam dan menolak program wajib militer tentara AS untuk perang ke Vietnam. Hal ini menyebabkan gelar juaranya dicabut dan ia diskors tak boleh bertinju selama 1967-1970. Ia pun didenda 10.000 dollar AS (Rp 134,4 juta-kurs saat ini) dan dipenjara selama 1967-1971. "Saya nggak ada masalah dengan orang Vietkong (Vietnam). Mereka pun nggak pernah menghinaku dengan panggilan negro," ujar Ali ketika menolak wajib militer.

Inspiratif ya!

source: 1, 2

Editor : Hai





PROMOTED CONTENT

Latest

x