Pagi itu, Muhammad Ali ingin makan McDonald's. Letak restoran cepat saji itu nggak begitu jauh dari tempatnya menginap, Hotel Hilton. Popularitasnya plus badannya yang besar dibalut kemeja polo berwarna kuning mencolok, bikin ia jadi pusat perhatian sepanjang jalan. Ali pagi itu nggak ditemani bodyguard sama sekali. Orang yang mendampinginya cuma Yank Barry, pendiri Global Village Champions Foundation, serta seorang temannya.
Secangkir kopi dan Egg Mcmuffin Ali pilih sebagai menu sarapannya. "Kamu mau apa?" tanya Ali ke Yank dan temannya. Mereka berdua memilih menu yang sama. "Kalian bawa uang banyak, kan?" tanya Ali lagi.
Baca Juga: Andai Sepeda Muhammad Ali Nggak Dicuri
Yank mengiyakan pertanyaan kedua petinju yang dijuluki The Greatest tersebut. "Sarapan untuk semua!" teriak Ali bersemangat, walau ia nggak tau berapa jumlah uang yang Yank bawa.Kejadian tersebut berlangsung pada pagi hari di tahun 1990-an, di sebuah McDonald's di Indonesia. Dugaan terbesar sih, McDonald's Sarinah. Kunjungan pria yang pernah melawan Superman itu ke Jakarta adalah dalam misi kemanusiaan bersama lembaga Global Village Champions Foundation.
Cukup banyak sarapan orang yang dibayarin Ali pagi itu. Sekitar 100 orang, termasuk staff McDonald's, ditraktir. Ali terlihat senang, tapi Yank malah pusing. Ia hanya bawa uang sebesar $130, sedangkan bill yang tertera lebih dari $180. Zaman itu, belum ada ATM atau kartu kredit. Yank pun nyari bank buat menarik uang untuk membayar sisa tagihan traktiran.
Walau diselingi insiden kurang duit, terlihat kepuasan di wajah para pengunjung yang beruntung ditraktir Ali. Selain makan gratis, mereka juga bangga bisa makan bareng The Greatest.
Baca Juga: Muhammad Ali Pernah Melawan Superman, Siapa Pemenangnya?
Julukan The Greatest memang pantas disematkan ke pemilik nama lahir Cassius Marcellus Clay Junior. Ia bukan cuma petarung terhebat di ring, tapi juga di jagat kemanusiaan. Nama besar Ali digunakan oleh yayasan World Village untuk menggalang dana untuk pengentasan kelaparan di dunia. Menurut Bigford, melalui yayasan tersebut Ali telah membagikan 550 juta makanan untuk orang yang kelaparan.
Ia pejuang kemanusiaan yang menolak diskriminasi atas kaumnya, warga Amerika-Afrika, yang kerap menerima perlakuan diskriminatif. Ali juga menjadi inspirasi bagi kaum muda karena telah mengangkat tinju ke ranah yang melampaui segala batas, termasuk persoalan ras.
Ali pernah mengatakan, dulu orang kulit putih hanya duduk menonton dua orang kulit hitam bertinju. Sekarang mereka (orang kulit putih) ikut terjun ke dalam ring. Bagi dunia olahraga, Ali berhasil menjadikan tinju sebagai olahraga elit.
Kehilangan sosok besar