Rio Haryanto mendapatkan kabar baik jelang balapan di Grand Prix China pada 17 April besok di Sirkuit International Shanghai. Nggak cuma Rio, para pebalap yang bakal bertanding juga bakal melakoni lagi kualifikasi dengan sistem lama.
Sistem knock out (KO) yang sudah dipakai selama dua seri sebelumnya, GP Australia dan GP Bahrain bakal ditinggalkan pada GP China nanti.
Dari hasil pertemuan antara bos F1 dengan Federasi Balap Mobil Internasional (FIA) dan pemegang hak komersial pada Kamis (7/4) lalu, disepakati bahwa kualifikasi F1 bakal kembali ke sistem lama.
Awalnya, FIA ingin melakukan revisi sistem KO dengan menerapkan sistem agregat dimana dua catatan waktu terbaik pembalap di kualifikasi 1 (Q1), Q2 dan Q3 digabungkan untuk menentukan grid. Namun tim-tim F1 menolak rencana itu. Baca: Pebalap Nggak Nyaman dengan Sistem Kualifikasi F1 Musim 2016
Lalu seperti apa kualifikasi sistem lama?
Pada sistem lama, kualifikasi tetap dibagi dalam tiga tahap yaitu kualifikasi 1 (Q1), Q2 dan Q3.Bedanya di Q1, pembalap bisa mencari waktu terbaik selama 18 menit sebelum akhirnya pembalap dengan waktu lap paling lambat tersingkir. Ada enam pembalap tersingkir di kualifikasi 1.
Begitu juga dengan kualifikasi 2. Pembalap diberi waktu 15 menit untuk mendapatkan waktu lap terbaik, sebelum akhirnya 6 pembalap tersisih.
Sedangkan pada kualifikasi 3 tersisa 10 pembalap yang akan memperebutkan pole positions. Pembalap diberi waktu 12 menit dan yang tercepat rebut pole positions.
"Kami sekarang kembali ke sesuatu yang kami tahu. Tapi jangan sampai ini berubah lagi," kata bos Mercedes, Toto Wolff seperti dikutip dari Autosport, Kamis (14/4).
Sistem KO cukup merepotkan apalagi untuk tim papan bawah seperti Manor Racing. Dimana para pembalap langsung tersingkir jika tak mampu bersaing di tujuh menit pertama kualifikasi 1 (Q1). Setelah itu, pembalap langsung tersingkir setiap 90 detik.
Ini jelas tidak adil buat pebalap yang kalah spek mesin dan setingan jika dibandingkan dengan pebalap papan atas lainnya. Rio Haryanto sendiri beberapa kali mengeluhkan soal ini.
"Kesempatan untuk catat waktu terbaik terlalu sempit, tidak seperti di tahun-tahun sebelumnya," kata Rio Haryanto mengomentari.
Semoga, Rio semakin bisa menunjukkan kemampuannya!