"Kami tutup ruangan kontrol, dan ketawa sampe guling-guling. Jelek banget. Mereka nggak tau apa yang mereka lakukan, dan mereka nyangka bagus-bagus aja. Mereka kayak dari dunia lain," ucap produser Bobby Herne, mengenang sesi rekaman album unik tersebut.
Tahun 1975, Austin meninggal dan The Shaggs memilih bubar serta menjual alat-alat yang mereka miliki.
Beberapa dekade kemudian malah dipuji
Karier The Shaggs yang gagal sepertinya hanya karena mereka terlalu visioner.
Sebab di dekade 1980-an, justru banyak musisi mengapresiasi mereka.
Sejumlah orang percaya permainan The Shaggs yang berantakan, dan melodi yang aneh justru mereferensi musik Chinese, free jazz, atau karya Ornette Coleman.
Frank Zappa malah pernah bilang, "The Shaggs lebih baik dari The Beatles" dan wartawan musik legendaris Lester Bangs berkata "(The Shaggs) adalah salah satu tonggak penting dalam sejarah rock n' roll."
Tak lama pula, karya-karya The Shaggs dirilis ulang, dan dapat sambutan positif dari media.
Bahkan pentolan Nirvana dan legenda rock dunia, Kurt Cobain, menulis dalam jurnalnya kalo album The Shaggs – Philosophy of the World adalah salah satu dari 50 album favoritnya sepanjang masa.
"Gue denger mereka live, kayaknya bawain lagu Carpenters? Di mana mereka main di panti jompo, dan suara teriakan di lokasi lebih keras dari musik mereka," kata Kurt dalam sebuah wawancara.
"Mereka kayak band dari K Records," lanjutnya.