HAI-ONLINE.COM - Kemerdekaan bangsa Indonesia nggak lepas dari peranan rakyat Indonesia yang bersatu padu. Di zaman modern ini dituntut persatuan dan kesatuan yang erat untuk dapat melewati masa krisis, seperti ekonomi yang sedang kita rasakan.
Tetapi, apakah persatuan dan kesatuan itu dapat terwujud di tengah bahaya sektarianisme, polarisasi, dan perpecahan antarmasyarakat?
Marilah berpikir lebih jauh. Tanyakan pada diri masing-masing. Sewaktu kita masih di dalam kandungan ibu, apakah kita berhak meminta untuk mempunyai ras dan suku tertentu?
Tuhan menciptakan kita secara adil dan bijaksana. Kita dilahirkan dengan mempunyai derajat dan hak asasi yang sama tanpa membeda-bedakan ras maupun suku apapun juga. Kita sama-sama dilahirkan dengan mempunyai hidung, mata, telinga, mulut, dan akal budi.
Namun, pesimisme tentang masa depan Indonesia, memunculkan gambaran sebagai negara yang gagal, dan kita pun tercerai-berai.
Baca Juga: Pertama Digelar Untuk Umum, Tiket Pagelaran Sabang Merauke Ludes, Hasil Penjualan Akan Didonasikan
Dalam konteks ini, kita seyogianya terpanggil secara kolektif untuk merajut ikatan persatuan dalam kebinekaan. Spirit ini yang membuat kita mampu bertahan dan tumbuh kuat sebagai bangsa yang bersatu di tengah kebinekaan.
Oleh karena itu, keputusan iForte dan BCA untuk menggelar Pagelaran Sabang Merauke terbuka untuk umum, patut dipuji.
Pagelaran Sabang Merauke - yang sebelumnya hanya digelar untuk undangan saja - memiliki memiliki semangat kolektif sebagai rujukan bersama tentang pentingnya spirit persatuan.
Soalnya, acara yang digelar pada 12-13 November ini mengusung konsep live performance yang menyajikan 22 lagu yang berisikan 21 lagu daerah dan satu lagu nasional dan dirangkai secara harmonis.
Baca Juga: Ngintip Proses Latihan Pementasan Pagelaran Sabang Merauke
Pementasan melibatkan enam penyanyi nasional yakni Kikan Namara sebagai musik director sekaligus lead vocal, Mirabeth Sonia, Christine Tambunan, Taufan Purbo, Alsant Nababan dan musisi generasi muda Swain Mahisa.