Karena itu, apoteker punya peran mengedukasi serta menyarankan obat yang tepat.
Apoteker punya wewenang memutuskan apakah obat tersebut layak diberikan kepada pasien atau tidak.
Selain itu, kurikulum pendidikan farmasi maupun apoteker juga perlu diperkuat. Salah satu yang perlu diperkuat yakni soal materi stabilitas obat.
Prof. Muchtaridi mengatakan, kasus dietilen glikol dan etilen glikol dalam obat parasetamol di Gambia jadi bukti stabilitas suatu obat jangan diabaikan karena bakal memicu dampak bagi penggunanya.
“Misalnya, ketika aspirin terkena air atau lembap, itu jangan dimakan karena bakal terpecah jadi asam atetat dan jadi racun kalau dimakan. Masyarakat nggak paham, yang paham apoteker. Kebangetan kalau apoteker sebagai yang bikin obat dia nggak paham itu,” pungkasnya. (*)