“Hal ini dilakukan untuk menjangkau korban lain yang nggak bisa tergapai hotline dan posko. Selain itu, kami juga berkerja sama dengan Koordinator Wilayah Aremania untuk mengumpulkan para korban yang membutuhkan,” ujarnya.
Ia melanjutkan, dalam penanganan psikososial, fakultas sudah menerjunkan 32 relawan mahasiswa dan 42 dosen psikologi.
Kedepannya, para relawan ini akan terus ditambah. Lewat hotline yang sudah di buka, layanan psikososial ini telah menangani lebih dari 130 korban.
“Kami membagi korban jadi dua tipe. Tipe pertama adalah korban yang mengalami langsung kejadian tersebut. Rata-rata para korban tipe pertama ini mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD) pasca insiden,” terangnya.
Tipe kedua itu korban yang mengalami kedukaan akibat kehilangan anggota keluarga. Gejala yang dialami cukup bervariasi seperti kesulitan tidur, ingatan traumatis, dan lainnya.
Selain berdasar rasa kemanusiaan, hal ini juga merupakan penerapan visi UMM yakni dari muhammadiyah untuk bangsa.
Ia berharap dengan adanya bantuan psikososial ini bisa sedikit meringankan beban para korban.
“Terkait dukungan psikososial, rencananya kami akan membuka layanan ini sampai akhir bulan. Namun jika nanti diperlukan lagi kami akan memperpanjang masa layanannya. Semoga kedepannya tragedi seperti ini nggak bakal terulang kembali,” tutupnya. (*)