Guys, ternyata jumlah remaja umur 15 tahun-19 tahun yang (melahirkan) dalam lima tahun terakhir meningkat hampir di semua kelompok ekonomi, tempat tinggal, dan tingkat pendidikan. Jika tidak segera diatasi, persoalan ini akan berpengaruh besar dalam pengelolaan kesehatan ibu dan anak ataupun upaya pengendalian penduduk. "Di kota, jumlah remaja yang melahirkan naik hampir dua kali lipat," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal saat berkunjung ke kantor Kompas, Jakarta, Senin (22/7). Jika pada tahun 2007 hanya ada 3,9 orang per 1.000 remaja putri yang melahirkan, pada tahun 2012 menjadi 6,9 orang per 1.000 remaja putri. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar remaja yang melahirkan berpendidikan SD atau SMP. Namun, peningkatan kelahiran terbesar justru pada remaja berpendidikan minimal SMA dan sederajat, mencapai hampir 50 persen. Kondisi itu mengkhawatirkan. Kehamilan terlalu muda meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi. Banyak remaja putri belum siap dan tidak percaya diri menjadi ibu sehingga kualitas tumbuh kembang anak terancam. Kehamilan di usia dini membuat masa subur perempuan lebih panjang. Itu akan meningkatkan potensi jumlah anak yang dilahirkan. Pada gilirannya, jumlah penduduk akan makin sulit dikendalikan. Pemerataan peningkatan kualitas hidup masyarakat makin sulit diperbaiki. Untuk mengendalikan jumlah kelahiran pada remaja, BKKBN fokus menggarap remaja. Menurut Fasli, ada 9 juta siswa yang tersebar di 30.000 SMA dan sederajat yang bisa diberdayakan.
Makanya, jaga pasangan kita, bro! #eh *artinya menunda nikah muda, bro!
Sumber : kompascom