Follow Us

Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Menjaga Keindahan

- Selasa, 17 Maret 2015 | 08:27
Institut Kesenian Jakarta IKJ Menjaga Keindahan
Hai Online

Institut Kesenian Jakarta IKJ Menjaga Keindahan

Kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) didirikan untuk menjaga sejarah kesenian dan tradisi panjang warga Jakarta, dan yang terpenting adalah menjaga keindahannya.

Seni, ternyata bersinonim dengan kata ilmu. Di mana setiap kita yang berakal pasti membutuhkannya, menuntutnya. Dengan begitu, kesenian adalah suatu kebutuhan pokok, terutama bagi spiritual dan santapan jiwa kita. Untuk itulah, kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) didirikan dengan tujuan menjaga ilmu sejarah kesenian dan tradisi panjang dari warga Jakarta, dan yang terpenting adalah menjaga keindahannya.

Kalau melihat sejarah singkatnya, sebelum IKJ, kampus ini merupakan sebuah perguruan tinggi kesenian yang masih bernama Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ). Ide semulanya datang dari Dewan Kesenian Jakarta, sebuah lembaga independen yang dibentuk oleh para seniman pada tahun 1968 silam yang memunculkan ide dasar dari pembentukan lembaga ini yakni menjaga pendidikan seni dengan membagi sama penting antara teori dan praktiknya.

Kenapa Institut kesenian Jakarta, Bukan Indonesia?

Sebagai ibukota, Jakarta mengalami akulturasi budaya dari para pendatangnya sehingga menjadi realitas hidup yang dinamis. Perlu ada lembaga pendidikan yang menjaga berbagai bentuk seni dan kebudayaan kita, terlebih menjaga keindahannya.

Jakarta merupakan sebuah kota yang memiliki sejarah kesenian panjang. Berbagai peristiwa budaya telah mewarnai kehidupan Jakarta sebelum dan sewaktu kolonialisme berlangsung di Indonesia. Menjelang kemerdekaan, di Jakarta terjadi gerakan-gerakan yang mencerminkan kesadaran nasional sebagai reaksi atas keterbelakangan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan akibat penjajahan.

Jakarta selalu akrab dengan kesenian dan seniman. Para seniman Jakarta telah tampil sebagai perintis budaya nasional selama masa perjuangan kemerdekaan. Mereka selalu berperan dalam berbagai gejolak politik yang terjadi di Tanah Air, dan kemudian mereka tetap menjadi pelopor di bidang kesenian pada masa pembangunan. Jakarta, bersama Bandung dan Jogyakarta merupakan kota budaya, dimana gagasan-gagasan seni dilahirkan dan dikembangkan, serta arah perkembangan kesenian Indonesia ditentukan.

Nah, sebelum Sunda Kelapa menjadi Bandar kerajaan Hindu Padjadjaran di awal abad 16, daerah Jakarta telah menjadi tuan rumah tempat berlabuh berbagai pengaruh budaya, baik dari luar Nusantara, maupun dari berbagai daerah di Tanah Air. Warna dan aliran seni Hindu, Budha, Islam, Belanda, Inggris dan Portugis telah berbaur dalam berbagai bentuk seni di Jakarta. Kini, Jakarta telah menjadi kota budaya yang selalu terbuka dan cepat tanggap akan perkembangan dan kreasi kesenian terbaru dari luar.

Jakarta juga punya tradisi panjang menjadi tuan rumah bagi berbagai bentuk seni daerah yang dibawa oleh para pendatang, sehingga akulturasi budaya menjadi ralitas hidup yang dinamis. Gairah mencipta selalu ada di Jakarta, dan tidak pernah berhenti. Jakarta adalah pintu gerbang dan kancah, tempat bertemunya seni daerah dan dunia serta tempat lahirnya seni nasional Indonesia.

Berdiri 1986

Menyimak rangkaian peristiwa budaya yang telah terjadi dan tengah berlangsung pada waktu itu merupakan suatu ironi bahwa sampai tahun 1967 kota ini belum mempunyai lembaga yang berwibawa, yang bisa menjadi wadah tempat berbagai wujud kesenian diciptakan, dikembangkan, dikaji dan dipentaskan. Padahal, kesenian adalah kebutuhan spiritual dan santapan jiwa, yang sangat dibutuhkan oleh kita, terutama warga Jakarta yang terkenal sibuk dengan berbagai persoalan sosial, politik dan ekonomi.

Pada saat itu telah diresmikan yang namanya Pusat Kesenian Jakarta, yakni Taman Ismail Marzuki (TIM) di tanggal 10 November 1968 yang juga merupakan peristiwa bersejarah yang kemudian membesarkan hati para seniman dan budayawan Jakarta. Bersamaan dengan itu, kampus baru Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) didirikan, meski secara sah baru diresmikan Presiden Suharto pada tanggal, 25 Juni 1976 di kompleks yang sama, TIM.

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest